Blogger Widgets

Kamis, 12 Maret 2015

capital rationing



CAPITAL RATIONING

A.    Pengertian Pencatuan Modal (Capital Rationing)
Dana investasi yang tersedia untuk suatu tahun sering dibatasi oleh ceiling atau batas tertinggi (plafond) tertentu sehingga sebagian usul investasi terpaksa tidak dapat dilaksanakan meskipun sebenarnya usul – usul investasi tersebut dapat diterima. Adanya batasan dana investasi tersebut dalam suatu tahun ialah apa yang disebut adanya “pencatuan modal” atau “capital rationing”
Pencatuan modal terjadi setiap waktu kalau ada kendala mengenai jumlah dana yang dapat diinvestasikan selama suatu periode tertentu, misalnya satu tahun. Kendala semacam ini adalah lazim terjadi pada sejumlah perusahaan yang dalam mendanai investasi lebih menekankan pada sumber internal dan kurang berminat untuk mendanai dari sumber eksternal. Kalau pada tingkat divisi dalam suatu perusahaan ada batasan bahwa kepala divisi hanya mempunyai wewenang untuk mengadakan investasi sampai batas tertinggi tertentu maka ini pun berarti bahwa ada pencatuan modal bagi divisi tersebut.
Kalau ada pencatuan modal, maka manajer harus menyeleksi kombinasi dari usul – usul investasi yang dapat menghasilkan nilai – sekarang – neto atau NPV yang paling tinggi sesuai dengan kendala anggaran untuk periode yang bersangkutan.
Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh sebagai berikut:
Suatu perusahaan mempunyai peringkat atau ranking usulan investasi menurut besarnya profitability-index sebagai berikut:
Usulan investasi
Dana investasi yang
Diperlukan (outlay)
Profitability
index
4
3
6
2
5
1
Rp. 1.400.000,00
Rp.   500.000,00
Rp.   800.000,00
Rp.   700.000,00
Rp.   400.000,00
Rp.   600.000,00
1,18
1,17
1,16
1,16
1,14
1,10
Masing – masing usul investasi tersebut merupakan usul investasi yang tidak tergantung satu sama lain (independent project).
Dana investasi yang disediakan untuk tahun tersebut sebesar Rp. 1.700.000,00. Dari data itu kita akan mempunyai berbagai kombinasi usulan investasi dengan NPV nya sebagai berikut:
Alternative I
Kombinasi dari usul – usul investasi 3,6 dan 5 yang memerlukan dana investasi sebesar Rp. 500.000,00 + Rp. 800.000,00 + Rp. 400.000,00 = Rp. 1.700.000,00 dengan keseluruhan NPV:

Usul  3         Rp.    500.000,00 (1,17-1,0)                   =          Rp.    85.000,00
6          Rp.    800.000,00 (1,16-1,0)                   =          Rp.  128.000,00
         5          Rp.    400.000,00 (1,14-1,0)                   =          Rp.    56.000,00
                     Rp. 1.700.000,00                 Total NPV             Rp.  269.000,00
                    
 Alternatife II 
Kombinasi dari usul – usul investasi 6 dan 2 yang memerlukan dana investasi Rp. 800.000,00 + Rp. 700.000,00 = Rp. 1.500.000,00 dengan keseluruhan NPV:
Usul 6           Rp.   800.000,00(1,16-1,0)                     =         Rp. 128.000,00
        2           Rp.   700.000,00(1,16-1,0)                     =        Rp.  112.000,00
                                 Rp. 1.500.000,00                 Total NPV           Rp.  240.000,00           
Alternatife III   
Usul investasi 4 yang memerlukan dana investasi sebesar Rp. 1.400.000,00 dan mempunyai NPV sebesar  
                     Rp. 1.400.000,00(1,18-1,0)                    =     Rp. 252.000,00
Dari hasil perhitungan di atas ternyata alternatife I menghasilkan NPV yang paling tinggi, sehingga dengan demikian kita akan memilih alternatife I yang terdiri dari usul – usul investasi 3, 6 dan 5.
Kita menyadari bahwa pelaksanaan anggaran adalah tidak kaku. Dengan demikian dalam praktik dimungkinkan adanya fleksibilitas. Lagi pula biaya dari suatu usul investasi tertentu mungkin disebar selama beberapa tahun. Berhubung dengan itu kita harus mempertimbangkan lebih dari hanya kendala satu waktu saja. Ini berarti bahwa kita tidak hanya mengadakan analisis waktu tunggal saja, tetapi kita perlu juga untuk mengadakan analisis waktu ganda (multi-period-analysis). 
Dengan analisis waktu ganda, penundaan dari usul investasi adalah dimungkinkan. Kalau terdapat cukup banyak usulan investasi yang mempunyai profitabilitas yang lebih kecil dapat ditunda sampai periode berikutnya kalau anggaran memungkinkan.
Yang dianggap sebagai biaya atau korban dari pencatuan modal adalah profitabilitas yang dikorbankan karena proyek tersebut tidak dilaksanakan pada tahun ini. Kemungkinan terjadi kalau suatu usul investasi tidak dilaksanakan pada tahun ini dan ditunda sampai tahun depan, proyek tersebut akan mempunyai profitability-index atau PI sebesar 1,30 sedang kalau ditunda tahun  depan PI-nya akan dapat lebih kecil misalnya menjadi 1,20. Ini berarti bahwa kalau proyek tersebut ditunda sampai tahun depan akan kehilangan angka sebesar 1,10. Berhubung dengan itu kalau kita mengadakan analisis waktu ganda maka usul – usul investasi yang mempunyai angka kehilangan yang besar diusahakan sedapat mungkin dilakukan tahun ini, sedangkan yang mempunyai angka kehilangan yang kecil dapat ditunda sampai tahun depan. Tetapi tujuannya adalah tetap yaitu memilih kombinasi usul investasi yang dapat menghasilkan NPV yang paling tinggi. Hanya kombinasinya disini meliputi usul investasi yang akan dilakukan tahun  depan. Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh berikut:
Contoh
Suatu perusahaan mempunyai kesempatan investasi dibawah ini yang diurutkan menurut besarnya profitability-index.

Usul investasi                 profitability               dana investasi                      profitability index kalau
                                    index tahun ini                                                         ditunda tahun depan

6                            1,15                    Rp. 2.500.000,00                     1,11
7                            1,13                    Rp. 2.000.000,00                    1,11
3                            1,12                    Rp. 5.000.000,00                    1,07
2                            1,09                    Rp. 3.000.000,00                    1,03
1                            1,08                    Rp.2.000.000,00                                 1,01
5                            1,07                    Rp.2.500.000,00                                 1,05
4                            1,05                    Rp.3.000.000,00                                  1,01
Masing – masing usul investasi tersebut tidak tergantung satu sama lain. Dana investasi yang tesedia untuk digunakan tahun ini sebesar Rp 16.000.000,00. Untuk tahun depan akan tersedia tambahan dana investasi sebesar Rp. 2.000.000,00 lagi.
Bagaimana kalau manajer akan menentukan pilihan kombinasi usulan invetasi yang tepat, baik atas dasar pendekatan analisis waktu tunggal maupun pendekatan analisis waktu ganda?
a.      Analisis Waktu Tunggal
Alternatife I
Kombinasi dari usul – usul investasi 6, 7, 3, 2 dan 5 yang memerlukan dana investasi sebesar Rp. 2,50 + Rp. 2,00 + Rp. 5,00 + Rp. 3,00 + Rp. 2,50 = Rp. 15,00 (dalam jutaan rupiah). Keseluruhan NPV dari alternatife ini adalah:
 Usul      6                       Rp   2.500.000,00(1,15-1,0)              =  Rp          375.000,00
         7                      Rp   2.000.000,00(1,13-1,0)              =  Rp           260.000,00
         3                      Rp   5.000.000,00(1,12-1,0)              =  Rp           600.000,00
         2                      Rp   3.000.000,00(1,09-1,0)              =  Rp           270.000,00
         5                      Rp   2.500.000,00(1,07-1,0)              =  Rp           175.000,00
                                 Rp  15.000.000,00        Total NPV        Rp        1.680.000,00
Alternatife II
Kombinasi dari usul – usul investasi 6, 3, 2, 1 dan 5 yang juga memerlukan dana investasi sebesar 15 juta. Keseluruhan NPV dari alternatif ini adalah :
Usul       6                       Rp    2.500.000,00(1,15-1,0)             =     Rp       375.000,00
        3                       Rp    5.000.000,00(1,12-1,0)             =     Rp       600.000,00
        2                       Rp    3.000.000,00(1,09-1,0)             =    Rp       270.000,00
        1                       Rp    2.000.000,00(1,08-1,0)             =     Rp       160.000,00
        5                       Rp    2.500.000,00(1,07-1,0)             =     Rp       175.000,00
                                 Rp  15.000.000,00         Total NPV   =    Rp     1.580.000,00
Dari dua alternatif tersebut ternyata alternatif I yaitu yang terdiri dari usul – usul investasi 6, 7, 3, 2 dan 5 mempunyai total NPV yang lebih besar daripada alternatif  II, sehingga kita harus memilih alternatif  atau kombinasi I
b.      Analisis Waktu Ganda
Dalam analisis waktu ganda kita perlu mengetahui besarnya kehilangan angka dari masing – masing usul investasi kalau usul tersebut terpaksa ditunda  sampai tahun depan yang ini dapat dilihat sebagai berikut:
Usul                       Outlay                    PI                           PI                               Kehilangan
Investasi                                              Sekarang           Kalau Ditunda                      Angka
                                                                                      Tahun Depan

            6                      Rp    2,5 juta         1,15                       1,11                             0,04    
            7                      Rp    2,0 juta         1,13                       1,11                             0,02
            3                      Rp    5,0 juta         1,12                       1,07                             0,05
            2                      Rp    3,0 juta         1,09                       1,03                             0,06
            1                      Rp    2,0 juta         1,08                       1,01                             0,07
            5                      Rp    2,5 juta         1,07                       1,05                             0,02
            4                      Rp    3,0 juta         1,05                       1,01                             0,04
                                                                                                            
Kita mencoba untuk menyusun berbagai kombinasi yang terdiri dari usul – usul investasi yang akan dilakukan tahun ini dan yang akan ditunda sampai tahun depan sebagai berikut:
Kombinasi I
Tahun ini :       Usulan 6, 7, 3, 2 dan 5
                        Usulan   6        Rp       2.500.000,00(1,15-1,0)           =          Rp       375.000,00
                                      7        Rp       2.000.000,00(1,13-1,0)           =          Rp       260.000,00
                           3       Rp       5.000.000,00(1,12-1,0)           =          Rp       600.000,00
                           2       Rp       3.000.000,00(1,09-1,0)           =          Rp       270.000,00
                           5       Rp       2.500.000,00(1,07-1,0)           =          Rp       175.000,00
                                    Rp      15.000.000,00                          =          Rp     1.680.000,00

Ditunda Tahun Depan
                        Usulan    4       Rp       3.000.000,00(1,01-1,0)           =          Rp         30.000,00 
                                                Rp      18.000.000,00
                                                                                    Total NPV       =          Rp     1.710.000,00    
Dana investasi tahun ini yang digunakan Rp 15 juta dan usul investasi yang ditunda memerlukan Rp 3 juta sehingga keseluruhan menjadi Rp 18 juta. (masih dalam batasan anggaran yang tersedia, yaitu anggaran investasi tahun ini = Rp 16 juta dan anggaran investasi tambahan tahun depan = Rp 2 juta).

Kombinasi II
Tahun ini.        Usulan 6, 3, 1, 5 dan 4
                        Usulan    6       NPV                                        =          Rp          375.000,00
                                       3                                                       =          Rp          600.000,00
                                       1                                                       =          Rp          160.000,00
                                       5                                                       =          Rp          175.000,00
                                       4                                                       =          Rp          150.000,00
                        NPV proyek tahun ini                                                 Rp       1.460.000,00
Ditunda Tahun Depan
                        Usulan    7   (Rp2.000.000,00(1,11-1,0)         =          Rp          220.000,00
                                                                        Total NPV                   Rp       1.680.000,00
Dana investasi yang digunakan tahun ini adalah Rp 15 juta dan untuk usulan yang ditunda sampai tahun depan membutuhkan dana investasi sebesar Rp  2 juta sehingga keseluruhan menjadi Rp 17 juta.
Kombinasi III
Tahun ini:        usulan     6, 2, 3, 1 dan 5
                        Usulan    6       NPV                                                    =          Rp          375.000,00
                                       2                                                                   =          Rp          270.000,00
                                       3                                                                   =          Rp          600.000,00
                                       1                                                                   =          Rp          160.000,00
                                       5                                                                   =          Rp          175.000,00
                        NPV proyek tahun ini                                                             Rp       1.580.000,00
Ditunda Tahun Depan
                        Usulan    7       (Rp2.000.000,00(1,11-1,0)                 =          Rp          220.000,00
                                                                        Total NPV                               Rp       1.800.000,00
Dana investasi yang diperlukan untuk tahun ini Rp 15 juta dan untuk usulan yang ditunda sampai tahun depan Rp 2 juta sehingga keseluruhan berjumlah Rp 17 juta.
Dari hasil perhitungan di atas tampak jelas bahwa kombinasi III adalah kombinasi yang menghasilkan keseluruhan atau total NPV yang paling besar dibandingkan dengan kombinasi I dan II sehingga sebaiknya perusahaan memilih kombinasi III.
Salah satu faktor yang menyebabkan bahwa kombinasi III mampu menghasilkan NPV keseluruhan yang paling besar ialah karena usul – usul investasi yang mempunyai kehilangan angka yang besar kalau ditunda ( usul 1, 2 dan 3 yang masing – masing mempunyai kehilangan angka 0,07; 0,06; dan 0,05) semuanya dipilih untuk dilaksanakan tahun ini. Sedangkan usulan yang kehilangan angkanya kecil (usulan 7 dengan kehilangan angka 0,02) ditunda sampai tahun depan.
ANALISIS RISIKO DALAM PENGANGGARAN MODAL
1.      Pengertian kepastian, ketidakpastian dan risiko investasi
Apabila dalam uraian di muka kita tidak mempertimbangkan unsure risiko dalam pengambilan keputusan investasi, maka dalam bab ini akan dimasukkan unsur risiko dalam penilaian proyek investasi.
Kita menyadari bahwa tidak seorang pun dapat mengatakan sebelumnya apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Kita hanya dapat mengadakan dugaan atau perkiraan mengenai masa yang akan datang.
Ketidakpastian (uncertainty) adalah kondisi yang dihadapi oleh seseorang, apabila masa yang akan datang  mengandung sejumlah kemungkinan peristiwa yang akan terjadi yang tidak kita ketahui. Dalam ketidakpastian semua kemungkinan dapat terjadi. Tentunya kita dapat menduga – duga atau memperkirakan hasil apa yang akan terjadi, tetapi kita masih dalam kegelapan mengenai kemungkinan terjadi peristiwa atau hasil tersebut. Sedangkan kepastian(certainty) menyangkut masa yang akan datang  yang mengandung seseuatu kemungkinan  hasil yang sudah dapat diketahui pada waktu ini.
Suatu kondisi yang lebih realistis yang dihadapi oleh pimpinan perusahaan adalah risiko. Dalam pengertian risiko terdapat sejumlah kemungkinan hasil yang diketahui, atau kemungkinan terjadi suatu peristiwa diantara kejadian seluruhnya yang mungkin terjadi. Hal ini adalah lebih realistis, karena pada umumnya kita telah terdidik untuk mengadakan taksiran atau dugaan yang meliputi suatu rentang (range) kemungkinan terjadi suatu peristiwa dari kemungkinan peristiwa ekstrim yang lain. Dengan demikian maka risiko suatu investasi dapat diartikan sebagai probabilitas tidak dicapainya tingkat keuntungan yang diharapkan, atau kemungkinan return yang diterima menyimpang dari yang diharapkan. Makin besar penyimpangan tersebut berarti makin besar risikonya. Risiko investasi mengandung arti bahwa return diwaktu yang akan dating tidak dapat diketahui, tetapi hanya dapat diharapkan. 
Dalam hal ini kita menggunakan pendekatan yang mengabaikan faktor risiko seperti dalam bab – bab sebelumnya, kita menggunakan asumsi bahwa arus – kas diketahui dengan pasti dan bahwa biaya modal (cost of capital) adalah tidak mengandung risiko. Dalam keadaan ada kepastian tersebut, besarnya biaya modal sama dengan tingkat bunga bebas risiko (risk – free rate of interest) atau tingkat bunga murni (pure interest rate), karena tidak ada kemungkinan tidak dapat direalisasikannya arus – kas yang diharapkan. Dilihat dari corak risiko perusahaan secara keseluruhan, pendekatan tersebut menggunakan asumsi bahwa penerimaan setiap usul investasi tidak akan mengubah corak risiko perusahaan secara keseluruhan sehingga tidak akan mengubah penilaian risiko dari pemberi modal terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Tetapi kalau kita memasukkan unsur risiko dalam penilaian usul investasi berarti kita memberikan kemungkinan bagi proyek investasi untuk mempunyai tingkat risiko yang berbeda sehingga akan dapat mengubah corak risiko perusahaan secara keseluruhan. Kalau kita menggunakan asumsi ini maka penerimaan suatu proyek investasi akan dapat mengubah corak risiko perusahaan secara keseluruhan sehingga hal ini akan dapat mengubah tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) yang dituntut oleh pemberi modal. Ini berarti bahwa kalau suatu perusahaan akan menerima suatu proyek investasi tertentu yang mengandung risiko yang besar, para pemberi modal akan menuntut imbalan yang lebih besar sebagai kompensasinya yaitu dalam bentuk tingkat keuntungan yang disyaratkan atau tingkat diskonto yang lebih besar. Dalam hubungan ini perlu kita mempelajari berbagai cara bagaimana kita dapat mengukur risiko suatu proyek tunggal.
2.      Berbagai Cara Memasukkan Faktor Risiko Dalam Penilaian Usul Investasi
Dalam kenyataan sebagian besar proyek investasi mengandung risiko. Bagaimana kita mengukur, mengkuantitatifkan dan menginterpretasikan risiko yang terkandung dalam suatu proyek investasi? Adalah penting untuk mengkuantitatifkan risiko ke dalam beberapa ukuran standar sehingga dapat dikomunikasikan dengan pihak lain yang berkepentingan.
Ada beberapa pendekatan dalam memasukkan pertimbangan dan pengukuran risiko ke dalam anggaran modal yang pelaksanaannya adalah bervariasi tergantung kepada criteria keputusan yang digunakannya dan juga bervariasi antara berbagai situasi.
a.      Pendekatan Mean – Standar Deviasi
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling langsung memasukkan unsur risiko ke dalam criteria keputusan yang menggunakan konsep nilai sekarang (present value).
Jika menggunakan criteria “discounted cash – flow” dalam keadaan ada kepastian, kita hanya menggunakan “angka tunggal” (point estimates) untuk setiap arus – kas tahunan. Sebaliknya kalau kita memasukkan unsur risiko, kita tidak menggunakan angka tunggal untuk setiap arus -  kas tahunan, melainkan menggunakan “mean” dari distribusi probabilitas untuk arus – kas setiap tahunnya. Dalam hubungan ini kita berhubungan dengan alat statistik yang disebut probabilitas yang dapat didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu peristiwa di antara kejadian seluruhnya yang mungkin terjadi, atau perbandingan frekuensi kejadian dengan kejadian seluruhnya. Apabila seorang manajer keuangan membuat estimasi arus – kas suatu proyek, dia mempertimbangkan probabilitas dari masing – masing arus – kas yang mungkin terjadi. Dengan cara ini kita akan dapat mempertimbangkan rentang (range) arus – kas yang mungkin terjadi untuk suatu periode tertentu, dan bukan hanya arus – kas yang paling dikehendaki.
Dalam kaitan ini besarnya risiko suatu proyek investasi dapat dilihat dari besarnya penyebaran arus – kas dari proyek investasi tersebut. Kalau risiko dihubungkan dengan distribusi probabilitas arus – kas yang mungkin terjadi, maka dapat dikatakan bahwa makin besar penyebarannya berarti makin besar risikonya. Risiko di sini dapat didefinisikan sebagai variabilitas arus – kas terhadap arus – kas yang diharapkan. Makin besar variabilitasnya dapat diartikan makin besar risiko dari proyek tersebut.
Bagaimana kita dapat mengukur atau mengkuantitatifkan penyebaran dari distribusi probabilitas arus kas tersebut? Alat pengukur penyebaran yang konvensional adalah standar deviasi, yang secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dimana   adalah arus – kas untuk kemungkinan X,  adalah probabilitas terjadinya arus – kas, dan  adalah expected value dari arus – kas atau mean dari distribusi probabilitas arus – kas. Expected value atau mean dari distribusi probabilitas dapat dinyatakan sebagai :
=
Perhitungan mean dari distribusi probabilitas arus – kas beserta standar deviasi dari proyek A dan B dapat dilakukan dengan cara berikut:
                                    Proyek A
Arus – kas
Probabilitas

Rp 3.000,00
Rp 4.000,00
Rp. 5.000,00
X              0,30
X              0,40
X              0,30
                 Mean
=     Rp     900,00
=     Rp  1.600,00
=     Rp  1.500,00
       Rp   4.000,00


   )2                                
(3.000 – 4.000)2          x          0,30                 =          Rp       300.000,00
(4.000 – 4.000)2          x          0,40                 =          Rp                       0
(5.000 – 4.000)2          x          0,30                 =          Rp       300.000,00
                                                Variance                      Rp       600.000,00
   Standar deviasi,  =  = Rp 775,00
                                                                        Proyek B
Arus – kas
Probabilitas

Rp 2.000,00
Rp 4.000,00
Rp. 6.000,00
X              0,30
X              0,40
X              0,30
                 Mean
=     Rp     600,00
=     Rp  1.600,00
=     Rp  1.800,00
       Rp   4.000,00


     )2                               
(2.000 – 4.000)2          x          0,30                 =          Rp       1.200.000,00
(4.000 – 4.000)2          x          0,40                 =          Rp                         0
(6.000 – 4.000)2          x          0,30                 =          Rp       1.200.000,00
                                                Variance                      Rp       2.400.000,00
Standar deviasi,  =  = Rp1.549,00
Dari perhitungan di atas tampak bahwa standar deviasi untuk proyek B lebih besar daripada standar deviasi untuk proyek A. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa proyek B mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan dengan proyek A. Oleh karena risiko proyek A lebih kecil daripada proyek B maka kita akan lebih menyukai proyek A.
Apabila standar deviasi merupakan ukuran penyebaran yang dinyatakan secara absolut, maka ukuran penyebaran yang dinyatakan secara relatif ialah apa yang disebut “koefisien variasi” (coefficient of variation), yaitu standar deviasi dari distribusi probabilitas dibagi dengan mean atau expected value – nya.
Dengan demikian maka koefisien variasi dari proyek A adalah
  =    =       0,19
Sedangkan koefisien variasi untuk proyek B adalah:
  =    =       0,39
Oleh karena koefisien variasi untuk proyek B lebih besar daripada proyek A, dapat dikatakan bahwa proyek B mempunyai risiko yang lebih besar daripada proyek A. ini berarti bahwa proyek A akan lebih disukai karena risikonya lebih kecil.
b.      Pendekatan Ekuivalen Kepastian ( Certainty Equivalent Approach)
Pendekatan ini akan membuat seseorang untuk memberikan penilaian yang sama antara sejumlah arus kas tertentu yang sudah pasti diterima dengan sejumlah arus kas tertentuyang diharapkan yang belum pasti dan mengandung risiko. Dalam pendekatan certainty – equivalent ini penyesuaian risiko dilakukan secara langsung terhadap arus kas yang diperkirakan akan terjadi di waktu yang akan datang. Dengan mengurangi arus kas yang diharapkan yang mengandung ketidakpastian itu menjadi arus kas yang pasti sebenarnya kita kembali lagi bersangkutan dengan penilaian proyek investasi yang dalam keadaan ada kepastian. Dalam keadaan ada kepastian kita harus menggunakan tingkat diskonto bebas risiko (risk – free rate ). Demikian pula halnya dalam pendekatan certainty – equivalent ini kita juga harus menggunakan tingkat diskonto bebas risiko untuk mendiskontokan arus kas yang ekuivalen mempunyai kepastian. Aturan pengambilan keputusan dengan menggunakan pendekatan ini adalah sama mengenai diterima atau ditolaknya suatu proyek investasi, yaitu apabila “certainty – equivalent NPV” lebih besar daripada nol maka usul investasi tersebut diterima, dan sebaliknya kalau kurang dari nol maka usul investasi tersebut selayaknya ditolak.
Bagaimana cara menghitung certainty – equivalent cash flow (C.Et) selama umur proyek?
Kita mengenal beberapa cara untuk menghitung certainty equivalent cash flow yaitu:
1.      Estimasi arus kas dikurangi dengan sejumlah standar deviasi yang cukup untuk menjamin bahwa dalam distribusi normal, kemungkinan terjadinya akan terjadi dengan pasti. Hal ini dapat dilakukan dengan cara misalnya mengurangi mean dari estimasi arus kas untuk setiap periodenya dengan 3 standar deviasi yang persamaanya tampak sebagai berikut:
C.Et = At - 3

Dimana            C.Et     =          certainty – equivalent untuk periode t
                        At        =          mean cashflow estimate untuk periode t
                                 =          standar deviasi
Pengurangan mean estimasi arus kas dengan 3 standar deviasi akan membuat kita mempunyai 99,7%  kepastian bahwa kejadian yang akan terjadi paling sedikit sama dengan certainty – equivalent. Dengan sendirinya kita dapat menggunakan setiap multiple dari standar deviasi di mana kita merasa mempunyai kepastian.
Dua standar deviasi kedua arah dari mean ( + dan - ) mempunyai arti bahwa kita mempunyai 95%  kepastian bahwa salah satu kejadian yang mungkin terjadi dalam daerah tersebut akan terjadi. Satu standar deviasi kedua arah dari mean mempunyai arti bahwa kita dapat mempunyai 68,3%  kepastian bahwa salah satu kejadian yang mungkin terjadi dalam daerah tersebut akan terjadi.
Contoh
Mean dari estimasi arus kas setiap periode selama 3 tahun sebesar Rp 6.000,00 dan standar deviasi setiap periodenya sebesar Rp 1.000,00. Atas dasar data tersebut dengan menggunakan rumus diatas maka besarnya certainty – equivalent cashflow setiap periodenya dapat dihitung yaitu:
C.Et    =    Rp 6.000,00 – 3(Rp 1.000,00)
           =    Rp 3.000,00
Apabila proyek tersebut memerlukan jumlah investasi sebesar Rp 10.000,00 dan tingkat diskonto bebas risiko adalah 10% maka “certainty – equivalent  NPV” dari proyek tersebut akan menjadi
NPV    =  -10.000 + 3.000  + 3.000 + 3.000
                                (1,10)1   (1,10)2  (1,10)3
            =  - Rp 2.540,00
Oleh karena certainty – equivalent NPV dari proyek tersebut adalah negatif, maka kita akan menolak proyek tersebut.
2.      Metode kedua untuk menghitung certainty – equivalent cashflow ialah dengan cara mengurangi mean dari estimasi arus kas dengan sejumlah kas sebesar koefisien variasi dari estimasi arus kas tersebut.
Dari contoh diatas diketahui bahwa mean dari estimasi arus kas sebesar Rp 6.000,00 dan standar deviasinya sebesar Rp 1.000,00. Dengan data tersebut dapat ditentukan besarnya koefisien variasi sebesar 1.000/6.000 = 0,167. Dengan demikian maka besarnya certainty – equivalent cashflow menurut metode ini ialah:
C.Et     =          Rp 6.000,00 – 0,167(Rp 6.000,00)     =          Rp 4.998,00


Certainty – equivalent NPV dari proyek tersebut adalah:
NPV    =          -10.000 + 4.998 + 4.998 + 4.998
                                       (1,10)1    (1,10)2  (1,10)3
            =          + Rp 2.429,00
Oleh karena certainty – equivalent NPV dari proyek tersebut adalah positif, maka kita akan menerima proyek tersebut .
3.      Metode ketiga untuk perhitungan certainty – equivalent cashflow ialah dengan cara mengalihkan mean dari estimasi arus kas dengan suatu faktor atau koefisien tertentu yang disebut “certainty – equivalent coefficient” (CEC).
CEC akan makin besar kalau certainty – equivalent terhadap arus kas yang diestimasikan untuk periode yang bersangkutan juga makin besar. CEC akan mendekati 1,0 kalau arus kas yang pasti dan arus kas yang diestimasikan akan sama. Kalau kita menjadi kurang pasti bahwa arus kas yang diestimasikan akan sama dengan arus kas yang pasti, maka CEC akan makin kecil dan secara ekstrem akan mencapai nol.
CEC ini kemudian diterapkan pada pembilang (numerator) pada formula NPV atau kas yang diestimasikan sehingga menjadi certainty – equivalent cash – flow, dan menggunakan tingkat diskonto  bebas risiko sebagai penyebutnya (denominator).
Apabila diketahui bahwa “certainty –equivalent coefficient” sebesar 0,70 untuk setiap periodenya selama tiga tahun, maka besarnya certainty – equivalent NPV dari proyek tersebut akan menjadi:
NPV    =          -10.000 + 0,70 (6.000) + 0,70(6.000) + 0,70(6.000)
                                             (1,10)1               (1,10)2           (1,10)3
            =          + Rp 445,00
Oleh karena certainty – equivalent NPV dari proyek ini adalah positif, maka proyek tersebut diterima.
4.      Metode keempat dari perhitungan certainty – equivalent ialah apa yang dinamakan “ time – adjusted method”. Pada prinsipnya metode ini sama dengan metode ketiga di atas, tetapi dengan diadakan penyesuaian CEC untuk setiap periodenya. Kalau kita merasa kurang pasti terhadap estimasi arus kas selama umur proyek, kita dapat menentukan certainty – equivalent coefficient yang makin kecil dari tahun ke tahun. Misalnya dari contoh di atas kita menentukan CEC setiap tahunnya selama 3 tahun adalah:
Tahun pertama            CEC1   =          0,70
Tahun kedua               CEC2    =          0,60
Tahun ketiga               CEC3   =          0,50
Maka certainty – equivalent NPV dari proyek tersebut menjadi:
NPV    =          -10.000 + 0,70(6.000) + 0,60(6.000) + 0,50(6.000)
                                            (1,10)1              (1,10)2          (1,10)3
            =          - Rp 953,00
Oleh karena certainty – equivalent NPV dari proyek tersebut negatif, maka proyek investasi itu tidak kita terima.
c.       Pendekatan Tingkat Diskonto Yang Disesuaikan Dengan Risiko ( Risk Adjusted Discount Rate Approach)
Dalam pendekatan risk adjusted discount rate approach (RADR) ini, unsur risiko tidak dimasukkan ke dalam arus kas yang diharapkan, tetapi secara langsung dimasukkan ke dalam tingkat diskonto yang merupakan penyebut (denominator) pada formula NPV.
Dalam metode ini tingkat diskonto disesuaikan untuk mengimbangi risiko. Apabila suatu proyek mengandung risiko yang besar, diperlukan return yang besar pula untuk mengimbangi risiko yang besar tersebut. Untuk itu maka kita akan menggunakan tingkat diskonto yang makin besar apabila tingkat risiko yang terkandung dalam suatu proyek makin besar. Dengan makin besarnya tingkat diskonto yang digunakan hal tersebut akan memperkecil present value dari arus kas neto yang diharapkan yang selanjutnya akan memperkecil NPV dari proyek tersebut sehingga menjadikan proyek tersebut kurang menarik.
Risk adjusted rate of return atau risk – adjusted discount rate ini sebenarnya mengandung dua unsur utama, yaitu: unsur pertama adalah tingkat diskonto bebas risiko (risk – free discount rate) dan unsur kedua adalah premi risiko (risk – premium). Oleh Karena itu risk adjusted discount rate dapat didefinisikan sebagai tingkat diskonto yang digunakan untuk menilai arus kas neto tertentu yang mengandung risiko atau ketidakpastian, yang terdiri dari tingkat diskonto bebas risiko ditambah dengan premi risiko yang sepadan dengan tingkat risiko yang melekat pada arus kas neto tersebut. Tingkat diskonto atau tingkat bunga bebas risiko biasanya ditetapkan sebesar tingkat bunga dari obligasi Negara yang tidak mengandung risiko tidak terbayarnya bunga setiap tahunnya dan pengambilan modal pokok. Sedangkan premi risiko (risk premium) adalah perbedaan antara tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) dari aktiva yang mengandung risiko dengan tingkat diskonto bebas risiko atau tingkat keuntungan dari aktiva yang tidak mengandung risiko dengan umur ekonomis yang sama.
d.      Analisa sensitivitas (sensitivity analysis)
Analisis sensitivitas atau sering pula disebut analisa kepekaan sebenarnya bukanlah teknik untuk mengukur risiko, tetapi suatu teknik untuk menilai dampak (impact) berbagai perubahan dalam masing – masing variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi (possible outcomes). Analisa sensitivitas ini tidak lain adalah suatu analisa simulasi dalam mana nilai variabel – variabel penyebab diubah – ubah untuk mengetahui bagaimana dampaknya terhadap hasil yang diharapkan, dalam hubungan ini adalah aliran kas.
Dengan analisa sensitivitas ini diharapkan manajer keuangan dapat menilai kembali estimasi arus kas suatu proyek yang telah disusun oleh stafnya, untuk mengetahui sampai seberapa jauh tingkat kepekaan arus kas dipengaruhi oleh berbagai perubahan dari masing – masing variabel penyebab. Apabila suatu variabel tertentu berubah, sedangkan variabel –variabel lainnya dianggap tetap dan tidak berubah, seberapa jauh arus kas akan berubah karena perubahan variabel tertentu tersebut. Untuk masing – masing variabel tersebut dicoba untuk diubah nilainya, sedangkan variabel – variabel lainnya dianggap tetap tidak berubah, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan variabel tersebut bagi perubahan arus kas. Setelah diadakan perhitungan pengaruh dari perubahan masing – masing variabel tersebut terhadap arus kas, akan dapat diketahui variabel – variabel mana yang pengaruhnya besar terhadap  arus kas dan variabel – variabel mana yang pengaruhnya relatif kecil. Dengan demikian maka perhatian perlu dipusatkan pada variabel – variabel yang pengaruhnya besar terhadap perubahan arus kas.
Makin kecil arus kas yang ditimbulkan dari suatu proyek karena adanya perubahan yang merugikan dari suatu variabel tertentu, hal tersebut jelas akan memperkecil NPV dari proyek tersebut yang berarti bahwa proyek tersebut makin tidak disukai. Perubahan suatu variabel kadang – kadang mempunyai pengaruh terhadap variabel yang lain. Misalnya penurunan harga jual per unit akan dapat meningkatkan jumlah unit yang terjual, atau sebaliknya, meningkatkan harga jual per unit akan dapat menurunkan unit barang yang terjual. Dalam hal yang demikian kita perlu menilai bagaimana pengaruh neto nya terhadap arus kas yang selanjutnya terhadap NPV dari proyek tersebut. Apakah kenaikan harga jual yang disertai dengan penurunan jumlah unit yang terjual akan memperbesar atau memperkecil arus kas dibandingkan dengan kalau tidak ada perubahan? Kalau pengaruh neto nya akan memperkecil arus kas yang selanjutnya akan memperkecil NPV nya, maka kebijaksanaan untuk meningkatkan harga jual tersebut tidak dapat dibenarkan. Sebaiknya kalau kebijaksanaan tersebut akan dapat meningkatkan arus kas yang selanjutnya akan meningkatkan NPV nya, kebijaksanaan tersebut dapat dibenarkan.   








Tidak ada komentar:

Posting Komentar