Blogger Widgets

Kamis, 12 Maret 2015

makalah konsep dasar dan proses manajemen strategi



MAKALAH
KONSEP DASAR DAN PROSES MANAJEMEN STRATEGI
Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Manajemen Strategi
Dosen Pembimbing : M. Husni Mubarok, MM
 
Di susun oleh :
1.    Ratna Ariani                                 (212176)
2.    Ayda fitriana                                (212189)
3.    Ismiyatun hasanah                        (212190)
4.    Nazilatur rahmah                          (212203)
Kelas : D
Kelompok : 1
Hari / Jam : Selasa, Jam Pertama
 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
SYARI’AH / EKONOMI ISLAM
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Manajemen strategi merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan berkaitan  erat dengan bidang perilaku organisasi. Inti dari manajemen strategi adalah identifikasi tujuan organisasi, sumberdayanya, dan bagaimana sumberdaya yang ada tersebut dapat digunakan secara efektif untuk memenuhi tujuan strategi. Manajemen strategi saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi.
Lingkungan dunia yang mengalami perubahan seperti adanya globalisasi, control masyarakat, perkembangan teknologi, memberikan dampak bagi perkembangan suatu Negara maupun bisnis. Control masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan pemerintahan maupun perusahaan, sehingga pemerintah maupun pemimpin perusahaan tidak dapat membuat kebijakan yang mengabaikan kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu, dalam menjalani kegiatannya perlu adanya keselarasan antara kompetensi yang dimiliki perusahaan maupun pemerintah dengan lingkungan yang ada di luar organisasi (perusahaan dan pemerintah). Untuk mengetahui dan menghargai dunia dari perspektif orang lain telah menjadi masalah di dalam dunia bisnis. Dengan demikian perlu adanya kegiatan dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan antara kemampuan yang dimiliki dengan lingkungan yang ada di sekitar sehingga perlu adanya manajemen strategi. Menopang manajemen strategi tergantung pada manajer mendapat pengertian mengenai pesaing, pasar, harga, pemasok, distributor, pemerintah, kreditur, pemegang saham, dan pelanggan di dunia. Harga dan mutu dari produk dan jasa perusahaan harus dapat bersaing di seluruh dunia, bukan hanya di pasar lokal.
Persaingan yang memunculkan daya saing erat kaitannya dengan pemahaman mekanisme pasar (standard dan benchmarking), kecepatan dan ketepatan penyampaian produk (barang dan jasa) yang mampu menciptakan nilai tambah. Oleh karena itu, peningkatan daya saing organisasi bersifat unik, tetapi pada intinya dipengaruhi oleh aspek kreatifitas, kapasitas, teknologi yang digunakan dan jangkauan pemasaran yang dicapai. Hal tersebut diwujudkan dari tampilan produk, produktifitas yang tinggi dan pelayanan yang baik

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana perkembangan teori manajemen strategi?
2.      Apa pengertian manajemen strategi dan sebutkan empat atributnya?
3.      Apa Ilustrasi hirarki strategi?
4.      Bagaimana proses manajemen strategi?
5.      Sebutkan model organisasi industrial, sumberdaya, dan gerilya untuk meraih keunggulan kompetitif?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Teori Manajemen Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “ strategos” yang berasal dari kata stratos yang berarti militer dan ‘ag’ yang artinya memimpin strategi dalam konteks awalnya ini diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang.
Pada dekade 1950-an adalah dekade yang memperlihatkan masa damai dan merupakan periode pemunculan perusahaan – perusahaan baru. Pada waktu itu golongan baru manajer professional mulai mencari gagasan – gagasan tentang bagaimana menjalankan perusahaan – perusahaan besar. Karena barusaja usai perang dunia kedua, bahwa banyak gagasan strategi yang diterapkan memang diadaptasi dari strategi militer. Manajer – manajer masih membicarakan tentang bagaimana “ menyerang” pasar – pasar dan menaklukan pesaing – pesaing.
Tema utama yang paling dominan dalam awal dekade 50-an ini masih berkisar di sekitar anggaran dan pengawasan keuangan (Budgeting and Financial Control). Manajemen perusahaan pada saat itu menggunakan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian melalui sasaran keuangan yang telah ditentukan.  Sedangkan menjelang akhir tahun 50-an teori manajemen strategi kemudian berkembang dengan menekankan kepada integrasi fungsional atau perpaduan fungsi produksi, pemasaran, keuangan dan sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan perusahaan. Gordon Howell kemudian merekomendasikan bahwa pendidikan bisnis agar dapat antisipatif terhadap perubahan lingkungan , hendaknya dibuat dalam wujud yang lebih luas dan dijadikan suatu matakuliah puncak dalam suatu bidang yang disebut Business Policy.
Pada tahun 60-an tema dominan dalam strategi bergeser ke arah Corporate Planning. Strategi perusahaan dalam hal ini digunakan untuk menggambarkan sebuah rencana rumit yang  disusun dengan seksama berdasarkan ramalan – ramalan rinci tentang keadaan ekonomi dan pasar – pasar khusus. Pandangan ini disyahkan oleh dua buku terkenal yaitu: My Years With General Motors tulisan Alfred sloan, sebuah kenangan dari seorang yang yang menyebabkan perusahaan pembuat mobil itu menjadi sebuah perusahaan industri terbesar di dunia. Sedangkan buku yang kedua adalah buku karangan Albert Chandler dengan judul Strategy and Structure. Dalam buku ini professor dari Harvard ini mengatakan bahwa struktur sebuah organisasi dapat berubah sesuai dengan strategi yang ditetapkan. Oleh karena itu, munculnya model struktur organisasi multi divisi pada saat itu bukanlah sesuatu yang mengherankan. [1]
Dekade 70-an diwarnai oleh munculnya gejolak ekonomi akibat perubahan harga minyak dan penetrasi kekuatan ekonomi jepang di pasaran dunia. Keberhasilan perusahaan – perusahaan jepang yang kelihatanya menghindarkan perencanaan rinci kemudian membentuk keraguan lebih lanjut pada kegunaan strategi.
Pada dekade 70an ini muncul banyak sekali perusahaan konsultan, asosiasi professional di berbagai bidang manajemen, serta adanya proliferasi secara intensif jurnal – jurnal di bidang manajemen strategi. Semuanya berusaha membantu dunia usaha untuk mencari ide – ide baru dalam menghadapi ketidak menentuan lingkungan eksternal. Tema dominan dalam decade 70 an ini mengacu dan memacu perusahaan pada pencarian daya saing atau kemampuan khusus yang harus diciptakan perusahaan dalam rangka mengatasi gejolak atau perubahan lingkungan. Karena begitu banyaknya variabel yang harus diperhitungkan dan diperhatikan, istilah business policy kemudian digantikan dengan istilah Strategy Management sebagai istilah yang lebih representatif. Tujuan perusahaan, perencanaan dan aspek – aspek manajemen kemudian diformulasikan dalam bentuk persaingan.  
Perkembangan konsep manajemen strategi era 80-an ditandai dengan diterbitkannya buku Competitive Strategy oleh Michael porter, seorang ahli ekonomi industri dari Harvard. Ia menjelaskan bahwa kemampuan untuk memperoleh laba sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh sifat – sifat industrinya dan kedudukan perusahaan tersebut di dalam industrinya. Dengan demikian sifat – sifat industri dan kedudukan perusahaan di dalam industry seharusnya menjadi determinan paling penting untuk menentukan dan menetapkan strategi perusahaan. Michael porter mengatakan bahwa tugas utama sebuah perusahaan adalah menemukan celah – celah yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan pesaing, apakah dengan menjadi produsen yang menggunakan keunggulan biaya rendah, membedakan produk – produknya dengan suatu cara yang akan memungkinkan perusahaan tersebut mendapatkan batas keuntungan yang lebih tinggi, atau membangun rintangan masuknya pesaing – pesaing baru.
Pada saat yang bersamaan dengan munculnya buku Michael porter tersebut, james Quinn, seorang professor dari darmouth college’s amos tuck, menerbitkan hasil penelitiannya tentang bagaimana perusahaan – perusahaan besar sesungguhnya merumuskan strategi. Dari hasil penelitiannya, ia mendapatkan bahwa perusahaan – perusahaan itu dalam menerapkan strateginya banyak melakukan percobaan sehingga banyak memperoleh pengalaman – pengalaman baru. Pengalaman – pengalaman inilah yang kemudian mereka gunakan sebagai landasan untuk melakukan formulasi strategi. Ia menyebutnya sebagai suatu Logical Incrementalism, sebuah istilah yang pernah diperkenalkan oleh lindblom pada tahun 50-an.
Manajemen strategi yang paling berpengaruh pada akhir dekade 80-an dan awal 90-an adalah teori yang mengaksentuasikan diri pada pengembangan keahlian internal perusahaan dengan menggunakan kompetensi inti yang dimilikinya, pengembangan produk yang cepat, pembuatan barang bermutu tinggi, penemuan teknologi baru dan layanan dan kemudian menemukan pasar – pasar untuk memanfaatkan sepenuhnya keahlian – keahlian itu. Dalih ini dibuat oleh Gary Hamel dan C.K. Prahalad, Professor dari London Business School dan University of Michigan. [2]
B.     Definisi Manajemen Strategi Dan Empat Atributnya
Definisi manajemen strategi
Manajemen strategi terdiri dari analisis, keputusanan, dan aksi yang diambil organisasi untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Terdapat dua elemen utama dalam manajemen strategi. Pertama, manajemen strategi memerlukan tiga proses yang berkelanjutan, yaitu:
1.         Analisis.  Manajemen stratejik menitik beratkan pada analisis hierarki tujuan stratejik(visi, misi, dan sasaran stratejik), bersamaan dengan analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi.
2.         Keputusan. Menjawab dua pertanyaan dasar. Dalam industri apa seharusnya perusahaan bersaing? Bagaimana seharusnya perusahaan berkompetisi dalam industri tersebut?
3.         Aksi. Perusahaan harus membuat aksi-aksi yang dirasa perlu untuk mengimplementasikan strategi.
Kedua, Inti dari manajemen stratejik adalah mempelajari mengapa perusahaan mampu mempunyai kinerja yang mengungguli perusahaan yang lain.[3] Memahami strategi seringkali terasa tidak mudah, karena setiap literature memberikan definisi yang berbeda dan sampai saat ini tidak ada definisi yang baku. Beberapa diantara definisi - definisi tersebut adalah:
·      Strategi adalah kerangka atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan dan tindakan/program organisasi.
·      Strategi adalah rencana tentang apa yang ingin dicapai atau hendak-menjadi-apa suatu organisasi dimasa depan dan bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan tersebut.
·      Strategi adalah  pola tindakan dan alokasi sumber daya yang dirancang untuk mencapai tujuan organisasi.
Dengan demikian, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa: “strategi” adalah pilihan tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi di masa depan dan bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan tersebut. Manajemen strategi memfokuskan pada penyatuan atau penggabungan aspek – aspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan/ akuntasi, operasional/ produksi dari sebuah organisasi.
Rumusan strategi yang baik akan memberikan gambaran pola tindakan utama dan pola keputusan yang dipilih untuk mewujudkan tujuan organisasi, missal perusahaan yang memiliki strategi unggul diharga, akan memiliki pola tertentu pada saat menetapkan produk, harga, lokasi outlet, cara-cara promosi, cara-cara produksi, cara-cara melakukan pelayanan dan cara-cara berorganisasi. Pola itulah yang seharusnya merupakan warna dari strategi.[4]
 Empat atribut utama manajemen strategi
1.         Manajemen strategi ditujukan untuk semua tujuan dan sasaran organisasi. Yaitu, semua usaha harus ditujukan pada apa yang terbaik bagi keseluruhan organisasi, tidak hanya pada area  fungsional saja.
2.         Manajemen strategi melibatkan semua stakeholder dalam pengambilan keputusan. Stakeholder adalah semua individu, kelompok, dan organisasi yang mempunyai kepentingan pada kinerja organisasi, termasuk pemilik (pemegang saham pada perusahaan public), karyawan, pemasok, masyarakat secara umum dan lain-lain.
3.         Manajemen strategi membutuhkan penggabungan perspektif jangka pendek dan jangka panjang. Inilah yang disebut dengan “creative tension”, yaitu bahwa seorang manajer harus bisa mempertahankan visi untuk masa depan organisasi dan juga tetap fokus pada kebutuhan operasionalnya saat ini.
4.         Manajemen strategi meliputi juga pada kesadaran akan trade-off antara efektifitas  dan efisiensi. Beberapa ahli membedakan antara “melakukan sesuatu yang benar” (efektivitas) dan “melakukan sesuatu dengan benar” (efisiensi). Manajer harus mengalokasikan dan menggunakan sumber daya perusahaan secara bijaksana dan pada saat yang sama harus mengalahkan segala sumber daya untuk mencapai sasaran organisasi secara menyeluruh.[5]
C.    Ilustrasi Hirarki Strategi
Strategi adalah istilah yang sering kita dengar untuk berbagai konteks pembicaraan, yang sering diartikan sebagai cara untuk mencapai keinginan tertentu atau menyelesaikan suatu masalah.  Di masyarakat mulai dari permainan catur, olahragawan, guru, pimpinan perusahaan sampai birokrat bicara dengan menggunakan istilah strategi. Demikian pula di organisasi, mulai dari level pelaksana sampai pimpinan puncak mempergunakan istilah strategi. Namun, apabila dicermati sungguh-sungguh ternyata strategi yang dibicarakan memiliki tingkatan yang berbeda.
Kesadaran bahwa dalam organisasi ternyata ada beberapa tingkatan strategi adalah salah satu dasar penting bagi siapa saja yang ingin memahami konsep strategi,apalagi bagi orang yang ingin mampu merumuskan strategi. Tanpa kesadaran ini, orang bias berdebat tentang sebuah strategi tapi ternyata antara satu dengan yang lain berbicara pda tataran yang berbeda. Strategi pada setiap tingkatan yang berbeda merumuskan arah dan rute pada level yang berbeda pula.
Pada bab ini akan dijelaskan hirarki strategi yang ada dalam sebuah organisasi. Dalam arti yang luas strategi dapat diurai mulai dari tingkat korporasi sampai level pelaksana kegiatan, namun untuk tujuan prencanaan jangka panjang dalam organisasi hanya umum dikenal strategi korporasi, strategi bisnis, dan strategi fungsional.[6]




Corporate strategy
Corporate head office
Business strategy
Divisi B
Divisi A
 




                                                    
                                                                R & D                          R & D
Fungsional strategy
                                                                SDM                            SDM
                                                                Keuangan                    Keuangan
                                                                Produksi                      Produksi
                                                                Pemasaran                    Pemasaran
                                                                Penjualan                     Penjualan [7]
Ilustrasi hierarki strategi dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu: 
1.      Strategi korporasi
Sering dijumpai sebuah organisasi memiliki lebih dari satu unit bisnis atau kegiatan. Bisnis-bisnis yang digeluti organisasi tersebut mungkin semuanya ditujukan untuk mengejar keuntungan (profit oriented) atau mungkin semuanya ditujukan untuk kegiatan social (non profit / social oriented) atau gabungan keduanya, yaitu sebuah organisasi memiliki beberapa bisnis yang bersifat ‘profit oriented’ dan beberapa bisnis yang bersifat non profit oriented/social.
Strategi korporasi dirumuskan oleh organisasi induk. Sedangkan strategi bisnis dirumuskan oleh setiap organisasi anak yang bisa dijuluki sebagai unit bisnis, unit kegiatan, perusahaan atau yayasan.
Banyak pendapat tentang fokus rumusan strategi korporasi yang akhirnya dirumuskan strategi kororasi akan menghasilkan rumusan berikut ini:
a)      Peran (Role and Purposes)
Menunjukkan maksud berdirinya organisasi yaitu peran yang diemban atau sumbangsih ekonomi dan atau non ekonomi yang ingin diberikan oleh organisasi induk dan masing-masing organisasi anak kepada pemilik atau stakeholder lain yang dianggap penting.
b)      Lingkup Bisnis (Scope of Business)
Ruang lingkup bisnis atau bidang kegiatan yang boleh atau harus dimasuki organisasi induk. Selanjutnya dijabarkan menjadi ruang lingkup bisnis atau bidang kegiatan yang boleh atau harus dimasuki oleh organisasi anak. Jika memungkinkan juga berisi penjelasan tentang sinergi satu bisnis degan bisnis lain.
c)      Bauran Bisnis (Portfolio)
Menjelaskan portfolio unit-unit bisnis yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan dan jika dirasa perlu dirumuskan pula pola kerangka cara pencapaiannya, kebijakan-kebijakan dan rencana ynag dianggap prinsipiil. Setelah itu, dibuat rencana untuk alokasi sumberdaya yang sesuai portofolio yang telah direncanakan.
d)      Organisasi (Organizational)
Rancangan dasar mekanisme kegiatan, struktur organisasi, keuangan dan lain-lain; yang menunjukkan pola mengkoordinasikan unit-unit yang dimiliki organisasi induk.
2.      Strategi bisnis
Maksud utama dilakukan analisis strategi bisnis menurut Hofer adalah untuk mengidentifikasi kesempatan dan ancaman yang akan dihadapi bisnis dimasa depan serta menggali kemampuan sumberdaya dan skill yang dimiliki organisasi yang dapat digunakan untuk menangani kesempatan dan ancaman sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Strategi bisnis fokus pada ‘bagaimana bersaing’ pada industri, produk atau pasar tertentu.
Sedangkan menurut Bateman strategi bisnis pada umumnya dirancang untuk meletakkan bisnis pada suatu posisi yang diinginkan dalam suatu industri tertentu, sedemikian sehingga pada akhir periode perencanaan dapat diperoleh tujuan seperti yang diharapkan. Strategi bisnis akan membantu membentuk keunggulan tertentu dibandingkan dengan pesaing.
Ditambah dengan pendapat-pendapat ahli yang lain maka disimpulkan bahwa strategi bisnis adalah strategi yang dipergunakan unit bisnis untuk bersaing dalam suatu industritertentu guna mendapatkan tujuan yang ditetapkan. Strategi bisnis akan menghasilkan rumusan sebagai berikut:
a)      Bagaimana memposisikan diri terhadap pesaing.
b)        Penentuan target atau criteria pencapaian yang harus dikejar unit strategi bisnis/unit kegiatan/organisasi anak pada akhir periode perencanaan.
c)         Bagaimana bersaing untuk mendapatkan konsumen, sumberdaya, keuntungan, maupun suatu posisi yang diinginkan. Biasanya mencakup pendapatan pasar yang dimasuki, produk/jasa yang ditawarkan, harga, dan kekuatan skill.
d)        Bagaimana fungsi-fungsi dalam organisasi anak akan dikoordinasikan dan dukungan yang diharapkan dari setiap fungsi.
3.      Strategi fungsional
Fokus utama perumusan strategi fungsional adalah untuk memaksimalkan produktivitas sumberdaya yang dimilik melalui penetapan tujuan dan rencana-rencana tindakan fungsional yang dapat mengarahkan kegiatan dan perilaku orang sehingga dapat mendukung pencapaian strategi yang lebih besar. Strategi fungsional dibuat oleh fungsi-fungsi dalam organisasi misi fungsi pemasaran, keuangan, organisasi/tatalaksana, dan kepegawaian.[8]


D.    PROSES MANAJEMEN STRATEGI
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa manajemen strategi merupakan suatu proses,
 maka tentu saja ia terikat atau terdiri dari rangkaian.
Analisa
Lingkungan
·        Lingkungan eksternal:          
a.       Lingkungan umum
b.      Lingkungan industri
·         Lingkungan internal
Menentukan & menetapkan arah perusahaan
                                       
Strategic Architecture
·        Misi
·        Tujuan
·        Strategic intent
Formulasi Strategi

                   
·         Tingkat korporat
·         Tingkat bisnis
·         Tingkat fungsional
Implementasi Strategi

                   
·        Struktur organisasi
·        Budaya perusahaan
·        Kepemimpinan
Pengendalian Strategi


·       Tradisional
·       Adaptif
                                                   Umpan Balik                                                                
Agar lebih jelas mengenai proses manajemen strategi di atas, maka berikut akan dicoba dirinci satu demi satu:
a.      Analisis Lingkungan
            Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan disini mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan yang diinginkan.
            Secara garis besar analisis lingkungan di sini akan mencakup analisis mengenai lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal akan mencakup lingkungan umum dan lingkungan industri, sedangkan analisis internal akan mencakup analisis mengenai aktivitas perusahaan atau bisa juga analisis mengenai sumberdaya, kapabilitas serta kompetensi inti yang dimilikinya. Hasil dari analisis lingkungan ini setidaknya akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan yang biasanya disederhanakan dengan memotret SWOT ( Strengths, Weaknesses, Opportunities And Threats)  yang dimilikinya. Analisis eksternal akan memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman (OT) sedangkan analisis lingkungan internal akan memberikan tentang keunggulan dan kelemahan (SW) dari perusahaan.
b.      Menentukan dan Menetapkan Arah Organisasi
            Setelah melakukan analisis lingkungan diharapkan sudah dapat memiliki gambaran mengenai posisi perusahaan dalam persaingan, dimana diharapkan sudah mampu untuk mendefinisikan keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan (SWOT analisis ). Berdasarkan informasi ini selanjutnya ditentukan dan ditetapkan ke  arah mana perusahaan hendak di arahkan.
            Biasanya ada tiga indikator utama yang digunakan untuk menentukan arah organisasi. Pertama adalah misinya. Misi ini berfungsi sebagai raison d’etre, menjelaskan mengapa organisasi tersebut ada. Selain itu misi ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran yang baik tentang pelanggan, pasar, filosofi, citra yang diinginkan dari masyarakat serta teknologi yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan. Hal ini yang tak kalah pentingnya dalam menentukan arah perusahaan ini adalah menetapkan tujuan yang diinginkan perusahaan, dimana tujuan ini biasanya merefleksikan target yang akan dicapai oleh organisasi. Yang kedua adalah visi, suatu perusahaan sebaiknya memiliki sebuah visi.[9] Yang ketiga adalah tujuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan selama periode tertentu merupakan jangka panjang. Tujuan semacam ini melibatkan penentuan profitabilitas, tingkat pengambilan investasi, posisi kompetitif, keunggulan teknologi, produktifitas, hubungan dengan karyawan, tanggungjawab public dan pengembangan karyawan. Sedangkan tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diinginkan perusahaan selama kurang lebih satu tahun. Tujuan ini biasanya konsisten dengan tujuan jangka panjang, karena merupakan turunan dan penjabarannya, seperti tujuan aktifitas pemasaran, penggunaan bahan baku, perputaran karyawan, penjualan jangka pendek dan sebagainya.[10]
c.       Formulasi Strategi
            Setelah melakukan analisis lingkungan dan menentukan ke mana organisasi akan diarahkan berdasarkan strategic architecture, misi dan tujuan yang telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa organisasi akan mencapai misi dan tujuan yang telah ditetapkan tadi. Untuk itulah maka perlu diformulasikan berbagai strategi atau cara untuk mencapai arah yang diinginkan tersebut. Formulasi strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Fokus utama dari strategi organisasi adalah bagaimana menyesuaikan diri agar dapat lebih baik dan lebih cepat bereaksi dibanding pesaing dalam persaingan yang ada.[11]
            Isu formulasi strategi adalah mencakup pertanyaan bisnis apa yang akan dimasuki, bisnis apa yang harus ditinggalkan, bagaimana mengembangkan perusahaan, apakah harus ekspansi, diversifikasi bisnis, apakah harus memasuki pasar internasional, apakah harus melakukan kerjasama (merger), dan apakah harus melakukan restrukturisasi untuk menghindari pengambilalihan secara paksa. Penyusunan strategi digunakan untuk menentukan strategi mana yang akan memberikan keuntungan terbanyak dengan sumberdaya yang terbatas. Keputusan formulasi strategi ini berkaitan dengan produk, pasar, sumberdaya, dan teknologi spesifik yang menentukan keunggulan kompetitif untuk periode waktu yang panjang.[12]
d.      Implementasi Strategi
            Setelah sebuah strategi diformulasikan, strategi tersebut harus dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan tahap inilah yang disebut dengan implementasi strategi. Masalah implementasi ini cukup rumit, oleh karena itu agar penerapan strategi organisasi dapat berhasil dengan baik, manajer harus memiliki gagasan yang jelas tentang isu – isu yang berbeda dan bagaimana cara menagtasinya.[13] Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan menajdi tindakan dan dapat dijalankan.[14] Dalam tahap ini masalah struktur organisasi, budaya perusahaan dan pola kepemimpinan akan dibahas secara lebih mendalam.
e.       Pengendalian Strategi
            Pengendalian strategi adalah tahap terakhir dari proses manajemen strategi yang dibahas dalam buku ini. Tahap pengendalian strategi ini merupakan suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksut untuk memperbaiki dan memastikan bahwa system tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam tahap ini akan coba dievaluasi apakah implementasi strategi benar – benar sesuai dengan formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi – asumsi yang digunakan dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak  dan sebagainya. Hasil dari tahap pengendalian strategi ini akan sangat bermanfaat dan menjadi input untuk proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian perusahaan diharapkan akan tetap memiliki daya saing yang berkelanjutan dalam persaingan. [15]
            Dengan demikian, proses manajemen strategi bersifat dinamis dan merupakan sekumpulan komitmen, keputusan, dan aksi yang diperlukan suatu perusahaan / organisasi untuk mencapai strategic competitivieness dan menghasilkan keuntungan di atas rata – rata. [16]
E.     Tiga Model Alternative Meraih Kunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif merupakan konsep kunci manajemen strategi. Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif  ketika prusahaan tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan sesuatu lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain. Dengan demikian, keunggulan kompetitif menjadi suatu kebutuhan penting bagi sukses jangka panjang dan kelangsungan hidup perusahaan. Para pakar manajemen strategi mengajukan tiga alternative model untuk dapat mendapatkan keunggulan kompetitif:
·         Model Organisasi – Industri ( Industrial – Organization, atau I/O).
·         Model berbasis sumber daya (Resource – Based View, atau RBV).
·         Model Gerilya ( Guerilla).
1.      Model organisasi industrial (I/O)
Menurut  model (I/O), above-avarage returns bagi perusahaan sangat ditentukan oleh karakteristik di luar perusahaan. Model ini memfokuskan pada struktur industri atau daya tarik lingkungan eksternal dan bukan karakteristik internal perusahaan.
Pendukung model ini yang terkenal adalah Michael Porter dari Universitas Harvard. Beliau memberikan deskripsi yang menyeluruh mengenai mengapa dan bagaimana sebuah organisasi mengembangkan strategi bersaing dan keunggulan kompetitif. Pendekatannya menekankan pemilihan industri yang “sesuai” dan posisi yang paling menguntungkan atau paling kompetitif. Pendekatan Porter sebenarnya diturunkan dari disiplin ekonomika organisasi industri yang berusaha untuk menjelaskan kinerja organisasi dengan melihat hubungan antara struktur industri, perilaku organisasi, dan kinerja organisasi. Ide dasar Porter adalah bagaimana memperoleh dan mempertahankan keunggulan kompetitif, yang berarti menganalisis kekuatan – kekuatan eksternal, dan kemudian menggunakan kekuatan – kekuatan eksternal tersebut sebagai dasar keputusan dan tindakan strategi. [17]Pendekatan ini berusaha melakukan identifikasi dan mengevaluasi industri dan kekuatan – kekuatan persaingan yang mempengaruhi sebuah organisasi dengan melihat berbagai macam faktor lingkungan eksternal. [18]
            Model ini intinya menekankan pada bagaimana mendapatkan penghasilan diatas rata-rata industry dengan menempuh tahapan sebagai berikut.
a)      Pelajari lingkungan eksternal , terutama lingkungan umum, industry dan kompetitif.
b)      Pilih suatu industry yang menarik, yaitu: industry yang karakteristik strukturalnya mengindikasikan kemungkinan memperoleh  above-avarage returns.
c)      Formulasikan strategi, dengan memilih strategi yang dikaitkan dengan above-avarage return pada suatu industry.
d)      Kembangkan dan peroleh asset dan keterampilan yang diperlukan untuk mengimplementasikan strategi yang dipilih.
e)      Implementasikan Strategi: seleksi langkah stratejik yang dikaitkan  dengan implementasi strategi yang dipilih secara efektif.
f)        Gunakan kekuatan perusahaan (asset dan keterampilan) untuk mengimplementasikan strategi.
g)      Berusaha mencapai kinerja diatas  rata-rata industri.
Walaupun pandangan I/O memberikan sumbangan penting dalam memahami bagaimana mengelola secara stratejik untuk memperoleh keunggulan kompetitif, pandangan ini juga menuai beberapa kritik. Walaupun ide Porter tidak mengabaikan karakteristik sebuah perusahaan, jelas penekanannya adalah bagaimana memahami pada tingkatan industry. Beberapa peneliti manajemen strategi mulai menyarankan untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh mengenai sumber keunggulan kompetitif dengan melihat peranan sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan.
2.      Model  Resource-Based
Menurut model Resource-Based view (RBV), above-avarage returns bagi suatu perusahaan amat ditentukan oleh karakteristik didalam perusahaan. Model ini memfokuskan pada pengembangan atau perolehan sumber daya (resources) dan kapabilitas (capabilities) yang berharga, yang sulit atau tak mungkin ditiru oleh para pesaing.
Pandangan RBV berpendapat bahwa sumber daya yang dimiliki perusahaan jauh lebih penting dari pada struktur industri dalam memperoleh dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Pendekatan ini memandang organisasi sebagai sekumpulan asset dan kapabilitas. Tidak ada dua perusahaan yang sama karena tiap – tiap perusahaan memiliki pengalaman, asset, kapabilitas, dan membangun budaya organisasi yang berbeda. Asset dan kapabilitas perusahaan akan menentukan efisiensi dan efektivitas setiap pekerjaan yang dilakukan perusahaan. Menurut pendekatan ini, beberapa asset (sumber daya ) kunci tertentu akan memberikan perusahaan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Walaupun demikian, sebuah perusahaan akan berhasil jika memiliki sumberdaya yang paling sesuai dan paling baik untuk usaha dan strateginya.
Walaupun pendekatan Resource-Based berfokus pada analisis internal organisasi perusahaan, tidak berarti pendekatan ini mengabaikan faktor-faktor eksternal yang penting. Pendekatan ini mengaitkan kapabilitas internal perusahaan dengan lingkungan eksternal (apa yang diminta pasar dan apa yang ditawarkan pesaing). Keunggulan kompetitif akan diperoleh organisasi yang memiliki asset atau kapabilitas yang khas. Profitabilitas perusahaan ditentukan oleh jenis, jumlah, sumberdaya, dan kapabilitas yang ada. Namun demikian mengelola strategi berdasarkan pendekatan resource-based meliputi bagaimana mengembangkan dan memanfaatkan sumberdaya dan kapabilitas khas perusahaan. Sumberdaya meliputi seluruh asset keuangan, fisik, manusia, dan budaya yang digunakan perusahaan untuk mengembangkan, menciptakan dan menjual produk atau jasanya kepada pelanggan. Agar sumberdaya menjadi unik, pendekatan resource-based menyatakan bahwa sumberdaya harus memenuhi beberapa persyaratan. Pertama, sukar dalam pembuatan, kedua, pembelian, ketiga, substitusi dan peniruan. Jika pesaing dapat saling meniru maka keunggulan kompetitif yang berkelanjutan tidak dapat diperoleh sehingga keuntungan di atas rata-rata tidak dapat dicapai.
Model RBV pada intinya menekankan bagaimana mendapatkan penghasilan diaatas rata-rata dengan menempuh tahapan berikut.
a)      Mengidentifikasi sumber daya (fisik, manusia, organisasional) perusahaan, terutama kekuatan dan kelemahannya disbanding para pesaing.
b)      Tentukan apa kapabilitas (intregasi semua sumber daya yang dimiliki) perusahaan yang memungkinkan untuk melakukan hal yang lebih baik dibanding pesaing.
c)      Tentukan bagaimana sumber daya dan kapabilitas perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang mampu mengungguli para pesaing.
d)     Lokasi suatu industridengan peluang yang dapat dieksploitasi dengan sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki.
e)      Pilih strategi yang paling baik untuk mengeksploitasisumber daya dan kapabilitas dalam lingkungan industri.
f)       Mengimplementasikan strategiyang dipilih agar mengungguli pesaing dan memperoleh penghasilandiatas rata-rata industtri.
Model RBV berpendapat bahwa core competencies merupakan basis keunggulan kompetitif perusahaan , keunggulan stratejik, dan kemampuan untuk memperoleh Above-avarage Returns.
3.      Pendekatan gerilya
Dasar pikiran dari pendekatan gerilya adalah keunggulan kompetitif perusahaan hanyalah sementara. Dikatakan demikian karena lingkungan selalu diwarnai dengan perubahan yang terus menerus, radikal, dan sering kali revolusioner. Singkatnya, berbagai macam gangguan baik itu dalam hal teknologi, ketidak stabilan pasar, dan berbagai jenis perubahan dalam mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Dalam kondisi yang tidak menentu, sulit untuk mengembangkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif yang permanen. Oleh karena itu, sebuah organisasi yang berhasil harus pandai dalam menyesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi.
Model gerilya memandang perlunya para pembuat kebijakan menyadari betapa kacaunya lingkungan eksternal sehingga dapat mempengaruhi keunggulan kompetitif dan berapa lama keunggulan kompetitif dapat berlangsung. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam lingkungan yang hiperkompetitif diperlukan tiga hal: pertama, visi terhadap perubahan dan gangguan. Kedua, kapabilitas, dengan mempertahankan dan mengembangkan kapasitas yang fleksibel dan cepat merespon setiap perubahan. Ketiga, taktik, yang mempengaruhi arah dan gerakan para pesaing. [19]




     Perbandingan pendekatan I/O, Resource – Based, dan Gerilya

I/O
Resource based
Gerilya
Keunggulan kompetitif



Penentu profitabilitas




Fokus


Perhatian utama



Pilihan strategik

Positioning dalam industri



Karakteristik
industri posisi perusahaan dalam industri


eksternal


persaingan



memilih industri yang menarik posisi yang sesuai
Memiliki asset dan kapabilitas perusahaan yang khas

Jenis, jumlah, dan nature sumber daya perusahaan



Internal


Sumber daya kompetensi


Mengembangkan sumber daya dan kapabilitas yang khas
Sementara




Kemampuan untuk berubah dan mengejutkan pesaing dengan tindakan strategik

Eksternal dan internal

Situasi yang terus berubah secara radikal

Menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat dan terjadi secara berulang mengejutkan pesaing


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dekade 1950-an adalah dekade yang memperlihatkan masa damai dan merupakan periode pemunculan perusahaan – perusahaan baru. Pada waktu itu golongan baru manajer professional mulai mencari gagasan – gagasan tentang bagaimana menjalankan perusahaan – perusahaan besar. Pada tahun 60-an tema dominan dalam strategi bergeser ke arah Corporate Planning. Strategi perusahaan dalam hal ini digunakan untuk menggambarkan sebuah rencana rumit yang  disusun dengan seksama berdasarkan ramalan – ramalan rinci tentang keadaan ekonomi dan pasar – pasar khusus. Dekade 70-an diwarnai oleh munculnya gejolak ekonomi akibat perubahan harga minyak dan penetrasi kekuatan ekonomi jepang di pasaran dunia. Manajemen strategi yang paling berpengaruh pada akhir dekade 80-an dan awal 90-an adalah teori yang mengaksentuasikan diri pada pengembangan keahlian internal perusahaan dengan menggunakan kompetensi inti yang dimilikinya, pengembangan produk yang cepat, pembuatan barang bermutu tinggi, penemuan teknologi baru dan layanan dan kemudian menemukan pasar – pasar untuk memanfaatkan sepenuhnya keahlian – keahlian itu.
Strategi adalah pilihan tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi di masa depan dan bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan tersebut. Manajemen strategi memfokuskan pada penyatuan atau penggabungan aspek – aspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan/ akuntasi, operasional/ produksi dari sebuah organisasi.
Empat atribut utama manajemen strategi
1.      Manajemen strategi ditujukan untuk semua tujuan dan sasaran organisasi.
2.      Manajemen strategi melibatkan semua stakeholder dalam pengambilan keputusan
3.      Manajemen strategi membutuhkan penggabungan perspektif jangka pendek dan jangka panjang
4.      Manajemen strategi meliputi juga pada kesadaran akan trade-off antara efektifitas  dan efisiensi.
Ilustrasi hierarki strategi dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu: 
1.      Strategi korporasi
2.      Strategi bisnis
3.      Strategi fungsional
PROSES MANAJEMEN STRATEGI
1.      Analisis Lingkungan. Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan
2.      Menentukan dan Menetapkan Arah Organisasi. Berdasarkan informasi ini selanjutnya ditentukan dan ditetapkan ke  arah mana perusahaan hendak di arahkan
3.      Formulasi Strategi. Formulasi strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi.
4.      Implementasi Strategi. Masalah implementasi ini cukup rumit, oleh karena itu agar penerapan strategi organisasi dapat berhasil dengan baik, manajer harus memiliki gagasan yang jelas tentang isu – isu
yang berbeda dan bagaimana cara menagtasinya
5.      Pengendalian Strategi. Tahap pengendalian strategi ini merupakan suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksut untuk memperbaiki dan memastikan bahwa system tersebut berfungsi sebagaimana mestinya.
Para pakar manajemen strategi mengajukan tiga alternative model untuk dapat mendapatkan keunggulan kompetitif:
·         Model Organisasi – Industri ( Industrial – Organization, atau I/O).
·         Model berbasis sumber daya (Resource – Based View, atau RBV).
·         Model Gerilya ( Guerilla).

DAFTAR PUSTAKA
 Kuncoro, Mudrajad, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Jakarta: Erlangga, 2006
Tripomo, T & Udan, Manajemen Strategi, Bandung, Rekayasa Sains, 2005
Hit, Ma, Ireland, Rd & Hoskisson, RE, Manajemen Strategis Daya Saing & Globalisasi: Konsep Buku 1&2, Jakarta: Salemba Empat,2001
Setiawan HP & Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar, Jakarta, LPFEUI, 2005
M Husni Mubarrak, Manajemen Strategi, Kudus, DIPA STAIN Kudus, 2009



[1] Setiawan HP dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi : Sebuah Konsep Pengantar, Jakarta, LPFEUI, 2005, hal: 8-9
[2] Ibid hal : 10-12
[3] Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Jakarta, Erlangga, 2006, halm:7-8
[4] Tejo Tripomo, Udan, Manajemen Strategi, Bandung, Rekayassa Sains, 2005, hal. 17
[5] Mudrajat Kuncoro,  Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Jakarta, Erlangga, 2006, halm: 8
[6] Tejo Tripomo, Udan, Manajemen Strategi, Bandung , Rekayassa Sains, 2005, hal: 22-24
[7] Setiawan HP dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar , Jakarta, LPFEUI, 2005, hal: 19
[8] Tejo Tripomo, Udan, Manajemen Strategi, Bandung , Rekayassa Sains, 2005, hal: 24- 26
[9] Setiawan HP dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar , Jakarta, LPFEUI, 2005, hal: 21
[10] M Husni Mubarrak, Manajemen Strategi, Kudus, DIPA STAIN Kudus, 2009, hal: 12
[11] Setiawan, Op-cit, Hal: 22
[12] M. Husni Mubarrak, Op-cit, Hal: 13
[13] Setiawan, Op-cit, Hal 22
[14] M. Husni Mubarrak, Op-cit, Hal:14
[15] Setiawan HP dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar , Jakarta, LPFEUI, 2005, hal: 20- 23
[16] Mudrajat Kuncoro , Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Jakarta, Erlangga, 2006, halm: 13
[17] Ibid, hal: 14 – 15
[18] Hit, Ma, Ireland, Rd & Hoskisson, RE, Manajemen Strategis Daya Saing & Globalisasi: Konsep Buku 1&2, Jakarta: Salemba Empat,2001, hal: 21

[19] Mudrajad Kuncoro , Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Jakarta, Erlangga, 2006, halm: 16-18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar