Blogger Widgets

Kamis, 12 Maret 2015

makalah inflasi dan pengangguran



INFLASI DAN PENGANGGURAN
MAKALAH


A.    Latar Belakang Masalah
Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap negara. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa pengaruh  buruk yang bersifat ekonomi, politik, dan sosial. Untuk menghindari berbagai pengaruh buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi perlu dijalankan.
Pengangguran merupajkan masalah ketenaga kerjaan yang dialami oleh banyak Negara. Begitu seriusnya masalah ini sehingga dalam setiap rencana-rencana pembangunan ekonomi masyarakat selalu dikatakan dengan tujuan untuk menurunkan angka pengangguran. Namun kebiksanaan pemecahan sudah barang tentu harus dialamatkan kepada apa yang menjadi penyebabnya. Oleh karena itu setiap analisis masalah-masalah ini selalu berminat untuk mengetahui profil permasalahanya.
Dalam analisis ini bertujuan untuk menerangkan tentang bentuk – bentuk masalah pengangguran dan inflasi yang dihadapi suatu perekonomian dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian inflasi?
2.      Sebutkan jenis –jenis inflasi?
3.      Sebutkan efek yang ditimbulkan dari inflasi?
4.      Bagaimana cara mencegah adanya inflasi?
5.      Apa pengertian pengangguran?
6.      Sebutkan jenis – jenis pengangguran?
7.      Sebutkan  penyebab pengangguran?
8.       Bagaimana strategi mengatasi pengangguran?


PEMBAHASAN

A.  INFLASI
1.    Pengertian inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum barang – barang secara terus – menerus. Ini tidak berarti bahwa harga – harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus – menerus selama satu periode tertentu. [1]
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:
a.    Indeks biaya hidup (consumer price index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Angka penimbang biasanya didasarkan atas besarnya persentase pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran keseluruhan. Laju inflasi dapat dihitung dengan cara menghitung persentase kenaikan atau penurunan indeks harga dari tahun ke tahun.
b.    Indeks harga perdagangan besar (wholesale price index)
Indeks perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi masuk dalam perhitungan indeks harga.
c.    GNP deflator
GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan). [2]

GNP deflator =  GNP Nominal   x 100
                                                  GNP Riil
2.    Jenis – jenis inflasi
a.    Jenis inflasi menurut sifatnya
1)     Merayap (creeping inflation)
Biasanya creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun).
2)      Inflasi menengah ( galloping inflation)
Inflasi menengah (galloping inflation) ini ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadangkala berjalan dalam waktu yang relative pendek serta mempunyai siat akselerasi.
3)     Inflasi tinggi ( hyper inflation)
Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga – harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.[3]

b.    Jenis inflasi menurut sebabnya
1)   Demand – pull inflation
Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total barang bertambah (aggregate demand) sedangkan ongkos produksi naik.  
2)   Cost – push inflation
Cost push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. [4]

c.    Inflasi berdasarkan sumber atau penyebab
1.    Inflasi tarikan permintaan
Inflasi ini terjadi apabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani permintaan masyarakat yang wujud dalam pemasaran. Masalah kekurangan barang akan berlaku dan ini akan mendorong kepada kenaikan harga – harga. Inflasi ini biasanya berlaku pada ketika perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat
2.    Inflasi desakan biaya
Inflasi desakan biaya adalah masalah kenaikan harga – harga dalam perekonomian yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.  Pertambahan biaya produksi akan mendorong perusahaan – perusahaan menaikkan harga, walaupun mereka harus mengambil resiko akan menghadapi pengurangan dalam permintaan barang – barang yang diproduksinya.[5]
3.    Inflasi di impor
Inflasi di impor ini terjadi karena kenaikan harga – harga yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri.[6]


3.    Efek yang ditimbulkan dari Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasional.
a.    Efek terhadap pendapatan(Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Sebaliknya, pihak – pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi.
b.    Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor – faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
c.    Efek terhadap Output ( Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek di atas (equity dan efficiency effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut. [7]
d.    Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta – harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan.

e.    Inflasi dan kemakmuran masyarakat
Disamping menimbulkan efek buruk atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga dapat menimbulkan efek – efek berikut dari individu kepada masyarakat.
1)    Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang – orang yang berpendapatan tetap.
2)    Inflasi akan mengurangi niali kekayaan yang berbentuk uang.
3)    Memperburuk pembagian kekayaan. [8]

4.    Cara Mencegah Inflasi
a.     Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter di capai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro, kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Instrument lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasar terbuka ( jual/beli surat berharga) dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
b.    Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.


c.     Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
d.    Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/ upah juga dinaikkan.[9]

B.  PENGANGGURAN
1.   Pengertian pengangguran
Pengangguran didefinisikan sebagai ketidak mampuan angkatan kerja (labor force)untuk memperoleh pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan mereka inginkan. Dengan kata lain, pengangguran merujuk pada situasi atau keadaan dimana seseorang menghadapi ketiadaan kesempatan kerja. Orang yang sudah memiliki pekerjaan dan menjalankan pekerjaannya juga dapat digolongkan sebagai pengangguran karena konsep pengangguran dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu:
a.     Waktu
b.    Intensitas pekerjaan
c.     Produktivitas
d.     
Orang yang sudah bekerja dapat digolongkan sebagai setengah pengangguran apabila pekerjaan yang dilakukan oleh orang tersebut tidak sesuai dengan ketrampilan dan keahlian yang dimilikinya. Secara lebih rinci, setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.    Setengah pengangguran kentara (visible under-employment) kriteria setengah pengangguran kentara yaitu:
1)   Bekerja kurang dari jam kerja normal.
2)   Melakukan pekerjaan secara terpaksa.
3)   Sudah bekerja tapi masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia menerima pekerjaan tambahan.
b.    Setengah pengangguran tak kentara (invisible under-employment) dapat tercermin dari adanya ketidaktepatan dalam penempatan sumber daya manusia, atau adanya ketidak seimbangan antara tenaga kerja dengan faktor produksi. Hal ini ditandai dengan rendahnya tingkat pendapatan, ketrampilan yang kurang dimanfaatkan, dan rendahnya tingkat produktifitas.
Setengah pengangguran, baik yang kentara maupun yang tidak kentara dapat dihitung dengan cara membagi jumlah penduduk yang setengah menganggur pada tahun t dengan jumlah angkatan kerja pada tahun yang bersangkutan. [10]

Setengah penganggur        =          setengah penganggur tahun t
                                                           Angkatan kerja tahun t

2.   Penyebab pengangguran
a.    Pertumbuhan penduduk yang tinggi
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi dengan kemampuan perekonomian menyediakan lapangan pekerjaan akan menyebabkan terjadinya pengangguran.
b.   Rendahnya laju investasi produktif
Rendahnya investasi di Negara berkembang merupakan salah satu penyebab rendahnya kesempatan kerja yang tersedia bagi masyarakat. Meskipun sumber daya alam yang dimiliki melimpah, tetapi kapasitas produksi dan sumber daya yang ada belum digunakan secara penuh (underemployment).
c.    Siklus bisnis yang melemah
Siklus bisnis secara actual di ukur dari GNP riil yang merupakan nilai pasar dari barang dan jasa yang dihasilkan selama satu tahun. Pada saat puncak kegiatan bisnis, kebutuhan akan tenaga kerja sangat besar sehingga pada kondisi ini jumlah pengangguran relative rendah atau sebaliknya.
d.   Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat.
Pengangguran dapat terjadi karena masyarakat tidak mampu memanfaatkan kesempatan kerja yang tersedia. Ketidakmampuan dalam memanfaatkan kesempatan kerja tersebut, salah satunya disebabkan oleh ketidaksesuaian keahlian yang dibutuhkan dengan keahlian tenaga kerja yang dimiliki.
e.    Strategi industry yang labor saving
Kemajuan teknologi yang terjadi di satu sisi mengakibatkan jumlah output yang mampu dihasilkan dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, kemajuan teknologi kadang juga diikuti dengan penghematan penggunaan tenaga kerja (labor saving) pada suatu proses produksi dan menggunakan modal secara intensif yang pada akhirnya akan menimbulkan pengangguran. [11]

3.   Bentuk – bentuk pengangguran
Pengangguran dibagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya:
a.       Pengangguran terbuka (open unemployment)adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
 Pengangguran terbuka dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1)      Pengangguran sukarela
Pengangguran sukarela merupakan kelompok angkatan kerja yang memilih tidak bekerja karena tidak bersedia digaji pada jumlah tertentu maupun mengharapkan pekerjaan yang lebih baik.
2)      Pengangguran terpaksa
Pengangguran terpaksa merupakan kelompok angkatan kerja yang bersedia bekerja tetapi belum mendapatkan pekerjaan.
Besarnya tingkat penganggur terbuka, dihitung dengan cara membagi jumlah pengangguran terbuka dengan jumlah angkatan kerja pada tahun yang bersangkutan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Penganggur terbuka          =          penganggur terbuka
                                                      Angkatan kerja
b.      Setengah pengangguran  (underemployment)
Tenaga kerja yang termasuk setengah menganggur adalah kelompok tenaga kerja yang lamanya bekerja (dalam satuan hari, jam, ataupun minggu) kurang dari yang seharusnya mereka kerjakan.
c.       Bekerja secara tidak penuh yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran.
      Yang termasuk disini adalah :
1)      Pengangguran tak kentara (disguised unemployment)
2)      Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment)
Penyebab pengangguran tersembunyi adalah orang yang bekerja tidak sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikannya sehingga orang tersebut tidak dapat bekerja secara maksimal.
3)      Pension awal
Pension awal memiliki tujuan tertentu, misalnya untuk memberi kesempatan tenaga kerja baru yang memiliki pemikiran yang lebih aplikatif maupun mengurangi tenaga kerja tua yang produktifitasnya mulai menurun.
d.      Tenaga kerja lemah (impaired)
Kelompok ini sebenarnya memiliki pekerjaan dan bekerja secara penuh, tetapi intensitasnya rendah.
e.       Tenaga kerja tidak produktif
Kelompok angkatan kerja ini sebenarnya sudah memiliki pekerjaan dan mampu bekerja secara produktif, tapi karena kurangnya fasilitas yang dimiliki perusahaan mengakibatkan mereka menghasilkan pekerjaan yang tidak memuaskan.[12]
4.   Jenis – jenis pengangguran
a.    Jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya.
1)   Pengangguran normal atau friksional
Pengangguran normal atau friksional adalah seseorang yang berhenti bekerja karena kurang menyukai pekerjaannya atau tidak sepaham dengan atasannya.
2)   Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah seseorang yang diberhentikan karena perusahaan mengurangi pekerja akibat penurunan permintaan[13]
3)   Pengangguran structural
Pengangguran structural adalah seseorang yang berhenti bekerja karena perusahaannya ditutup, meskipun memiliki kemampuan atau kecakapan.[14]

4)   Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah seseorang yang berhenti bekerja karena adanya pergantian tenaga kerja mesin dengan manusia.
b.   Jenis pengangguran berdasarkan cirinya.
1)   Pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah  pengangguran yang tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.[15]
2)   Pengangguran tersembunyi
Pengangguran tersembunyi adalah pengangguran yang tercipta karena kelebihan tenaga kerja dalam suatu bagian dalam perusahaan, akibatnya banyak tenaga kerja yang menganggur meskipun memiliki pekerjaan. Contohnya, pelayan restaurant yang lebih banyak dari yang diperlukan.
3)   Pengangguran musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena adanya pengaruh dari musim terutama pada sector pertanian dan perikanan.
4)   Pengangguran setengah menganggur
Pengangguran setengah menganggur adalah pengangguran yang tercipta akibat jam kerja yang jauh lebih rendah dari jam kerja normal.[16]

5.   Strategi mengatasi pengangguran
Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah pengangguran:
a.     Pemerintah hendaknya menjalin kerjasama dengan swasta untuk mencari jalan keluar yang lebih baik. Hal ini dikarenakan swasta mempunyai dana untuk menggerakkan investasi. Investasi akan terjadi apabila investor memiliki kepastian “keamanan” atas dana yang diinvestasikan tersebut, sehingga pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk berusaha.
b.     Pembenahan sector pendidikan. Ketidak sesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia kerja berakibat kurang terserapnya angkatan kerja yang terdidik di pasar kerja. Angkatan kerja memerlukan tambahan ketrampilan untuk dapat lebih cepat terserap di pasar kerja. Bentuk tambahan ketrampilan itu berupa keahlian yang dibutuhkan di dunia kerja, seperti keahlian computer, bahasa asing, perbengkelan, dll.
c.     Pendorongan motivasi masyarakat untuk berwiraswasta pada berbagai bidang yang memiliki prospek perkembangan. Sudah saatnya mengubah stigma yang ada di masyarakat bahwa setelah mendapat pendidikan formal, maka ukuran keberhasilannya adalah mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan atau pegawai.
d.    Mengurangi pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi karena tingginya pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan burden of dependency ratio yang tinggi pula. [17]

C.  Hubungan inflasi dan pengangguran
Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi peningkatan biaya produksi unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga produk tersebut. Sebuah proses serupa akan diamati di seluruh perekonomian ketika pemerintah bermaksud untuk menciptakan pekerjaan. Harga produk atau jasa, di mana tenaga kerja terinstal, akan meningkat sehingga kenaikan tingkat inflasi akan terlihat melalui ekonomi luar.
Dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut di atas bahwa ketika pemerintah berniat untuk menurunkan tingkat pengangguran yang harus menanggung kenaikan tingkat inflasi dalam perekonomian nasionalyang berbeda antara inflasi dan pengangguran jumlah orang yang menganggur adalah jumlah orang di negara yang tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia untuk bekerja pada tingkat upah pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah menjadi persentase dengan mengaitkan jumlah pengangguran,dengan jumlah orang dalam angkatan kerja.[18]


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum barang – barang secara terus – menerus. Ini tidak berarti bahwa harga – harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: Indeks biaya hidup (consumer price index), Indeks harga perdagangan besar (wholesale price index), GNP deflator.
Jenis inflasi menurut sifatnya: Merayap (creeping inflation), Inflasi menengah ( galloping inflation), Inflasi tinggi ( hyper inflation)
Jenis  inflasi menurut sebabnya : Demand – pull inflation , Cost – push inflation
Inflasi berdasarkan sumber atau penyebab: Inflasi tarikan permintaan, Inflasi desakan biaya , Inflasi di impor
Efek yang ditimbulkan dari Inflasi : Efek terhadap pendapatan(Equity Effect), Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects), Efek terhadap Output ( Output Effects), Inflasi dan perkembangan ekonomi, Inflasi dan kemakmuran masyarakat
Cara Mencegah Inflasi: Kebijaksanaan Moneter, Kebijaksanaan Fiskal , Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output, Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing
Pengangguran didefinisikan sebagai ketidak mampuan angkatan kerja (labor force)untuk memperoleh pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan mereka inginkan. Penyebab pengangguran: Pertumbuhan penduduk yang tinggi , Rendahnya laju investasi produktif, Siklus bisnis yang melemah, Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat., Strategi industry yang labor saving
Bentuk – bentuk pengangguran: Pengangguran terbuka (open unemployment), Setengah pengangguran  (underemployment), Bekerja secara tidak penuh, Tenaga kerja lemah (impaired), Tenaga kerja tidak produktif
Jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya: Pengangguran normal atau friksiona, Pengangguran siklikal, Pengangguran structural, Pengangguran teknologi
Jenis pengangguran berdasarkan cirinya: Pengangguran terbuka, Pengangguran tersembunyi, Pengangguran musiman, Pengangguran setengah menganggur
Strategi mengatasi pengangguran: Pemerintah hendaknya menjalin kerjasama dengan swasta untuk mencari jalan keluar yang lebih baik,Pembenahan sector pendidikan, Pendorongan motivasi masyarakat untuk berwiraswasta pada berbagai bidang yang memiliki prospek perkembangan, Mengurangi pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi karena tingginya pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan burden of dependency ratio yang tinggi pula
Hubungan inflasi dan pengangguran: Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi peningkatan biaya produksi unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga produk tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Nopirin Ph.D, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Dan Mikro, Edisi Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2000.
Boediono, Ekonomi Makro, Edisi Ke Empat, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2001.
Sadono, Sukirno, Pengantar Teori MAKROEKONOMI, Edisi Pertama Cetakan ke 14, PTRaja Grafindo Persada, Jakarta,2002.
Suparmono, SE, MSI, Pengantar EKONOMIKA MAKRO,  Edisi Pertama, Unit Penerbit dan Percetakan(UPP) AMP YKPN, Yogyakarta, 2002
















[1] Nopirin Ph.D, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Dan Mikro, Edisi Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2000, hlm: 174-175
[2]Ibid, hlm: 176
[3] Boediono, Ekonomi Makro, Edisi Ke Empat, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2001, hlm 156
[4]Nopirin Ph.D, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Dan Mikro, Edisi Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2000, hlm: 177-180.
[5]Sadono, Sukirno, Pengantar Teori MAKROEKONOMI, Edisi Pertama Cetakan ke 14, PTRaja Grafindo Persada, Jakarta,2002, hlm: 303-306
[7]Nopirin Ph.D, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Dan Mikro, Edisi Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2000, hlm: 181-184
[9]Nopirin Ph.D, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Dan Mikro, Edisi Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2000, hlm: 184-18186
[10]Suparmono, SE, MSI, Pengantar EKONOMIKA MAKRO,  Edisi Pertama, Unit Penerbit dan Percetakan(UPP) AMP YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm: 164.
[11]Ibid, hlm: 166-169.
[12]Ibid hlm: 165.
[13]http://www.slideshare.net/onalllensun/makalah-coverpenutup
[14]Sadono, Sukirno, Pengantar Teori MAKROEKONOMI, Edisi Pertama Cetakan ke 14, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,2002, hlm:295
[16]Sadono, Sukirno, Pengantar Teori MAKROEKONOMI, Edisi Pertama Cetakan ke 14, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,2002, hlm:299-300
[17]Suparmono, SE, MSI, Pengantar EKONOMIKA MAKRO,  Edisi Pertama, Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm: 175

4 komentar: