INFLASI
DAN PENGANGGURAN
MAKALAH
A.
Latar
Belakang Masalah
Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang
dihadapi setiap negara. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa
pengaruh buruk yang bersifat ekonomi,
politik, dan sosial. Untuk menghindari berbagai pengaruh buruk yang mungkin
timbul, berbagai kebijakan ekonomi perlu dijalankan.
Pengangguran merupajkan masalah ketenaga kerjaan yang dialami oleh
banyak Negara. Begitu seriusnya masalah ini sehingga dalam setiap
rencana-rencana pembangunan ekonomi masyarakat selalu dikatakan dengan tujuan
untuk menurunkan angka pengangguran. Namun kebiksanaan pemecahan sudah barang
tentu harus dialamatkan kepada apa yang menjadi penyebabnya. Oleh karena itu
setiap analisis masalah-masalah ini selalu berminat untuk mengetahui profil
permasalahanya.
Dalam analisis ini bertujuan untuk menerangkan tentang bentuk –
bentuk masalah pengangguran dan inflasi yang dihadapi suatu perekonomian dan
bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah
tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian inflasi?
2.
Sebutkan
jenis –jenis inflasi?
3.
Sebutkan
efek yang ditimbulkan dari inflasi?
4.
Bagaimana
cara mencegah adanya inflasi?
5.
Apa
pengertian pengangguran?
6.
Sebutkan
jenis – jenis pengangguran?
7.
Sebutkan penyebab pengangguran?
8.
Bagaimana strategi mengatasi pengangguran?
PEMBAHASAN
A.
INFLASI
1.
Pengertian
inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum barang – barang
secara terus – menerus. Ini tidak berarti bahwa harga – harga berbagai macam
barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan
tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang
secara terus – menerus selama satu periode tertentu. [1]
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa
indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:
a.
Indeks
biaya hidup (consumer price index)
Indeks
biaya hidup mengukur biaya atau pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan
jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Angka penimbang
biasanya didasarkan atas besarnya persentase pengeluaran untuk barang tertentu
terhadap pengeluaran keseluruhan. Laju inflasi dapat dihitung dengan cara
menghitung persentase kenaikan atau penurunan indeks harga dari tahun ke tahun.
b.
Indeks
harga perdagangan besar (wholesale price index)
Indeks
perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan
besar. Ini berarti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi masuk
dalam perhitungan indeks harga.
c.
GNP deflator
GNP
deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan
GNP riil (atas dasar harga konstan). [2]
GNP deflator
= GNP Nominal x 100
GNP Riil
2.
Jenis – jenis inflasi
a.
Jenis
inflasi menurut sifatnya
1)
Merayap
(creeping inflation)
Biasanya creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang
rendah (kurang dari 10% per tahun).
2) Inflasi menengah (
galloping inflation)
Inflasi menengah (galloping inflation) ini ditandai dengan kenaikan
harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan
kadangkala berjalan dalam waktu yang relative pendek serta mempunyai siat
akselerasi.
3)
Inflasi
tinggi ( hyper inflation)
Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga
– harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk
menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan
dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi.
Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran
belanja.[3]
b.
Jenis
inflasi menurut sebabnya
1) Demand – pull inflation
Inflasi
ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi
ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total barang bertambah (aggregate
demand) sedangkan ongkos produksi naik.
2) Cost – push inflation
Cost
push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.
Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran
total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. [4]
c.
Inflasi
berdasarkan sumber atau penyebab
1.
Inflasi
tarikan permintaan
Inflasi
ini terjadi apabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani
permintaan masyarakat yang wujud dalam pemasaran. Masalah kekurangan barang
akan berlaku dan ini akan mendorong kepada kenaikan harga – harga. Inflasi ini
biasanya berlaku pada ketika perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat
2.
Inflasi
desakan biaya
Inflasi
desakan biaya adalah masalah kenaikan harga – harga dalam perekonomian yang disebabkan
oleh kenaikan biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau
kenaikan upah. Pertambahan biaya
produksi akan mendorong perusahaan – perusahaan menaikkan harga, walaupun
mereka harus mengambil resiko akan menghadapi pengurangan dalam permintaan barang
– barang yang diproduksinya.[5]
3.
Inflasi
di impor
Inflasi
di impor ini terjadi karena kenaikan harga – harga yang disebabkan oleh
kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam
negeri.[6]
3.
Efek yang ditimbulkan dari Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor
produksi serta produk nasional.
a. Efek terhadap pendapatan(Equity
Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak
merata, ada yang dirugikan dan ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi.
Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Sebaliknya,
pihak – pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang
memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju
inflasi.
b. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency
Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor – faktor produksi.
Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam
barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi
tidak efisien.
c. Efek terhadap Output ( Output
Effects)
Dalam menganalisa kedua efek di atas (equity dan efficiency
effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan agar
dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari
jumlah output tertentu tersebut. [7]
d.
Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan
ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat
tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya
untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta –
harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan.
e.
Inflasi dan kemakmuran masyarakat
Disamping menimbulkan efek buruk atas kegiatan ekonomi negara,
inflasi juga dapat menimbulkan efek – efek berikut dari individu kepada
masyarakat.
1)
Inflasi
akan menurunkan pendapatan riil orang – orang yang berpendapatan tetap.
2)
Inflasi
akan mengurangi niali kekayaan yang berbentuk uang.
3)
Memperburuk
pembagian kekayaan. [8]
4.
Cara Mencegah Inflasi
a.
Kebijaksanaan
Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter di capai melalui pengaturan jumlah
uang beredar (M). salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand
deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk
giro, kedua, apabila seseorang
memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro.
Instrument lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasar
terbuka ( jual/beli surat berharga) dengan cara menjual surat berharga bank
sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi
dapat lebih rendah.
b.
Kebijaksanaan
Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan
total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c.
Kebijaksanaan
yang berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah
output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk
sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam
negeri cenderung menurunkan harga.
d.
Kebijaksanaan
penentuan harga dan indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan
pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah
secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/ upah juga dinaikkan.[9]
B. PENGANGGURAN
1.
Pengertian pengangguran
Pengangguran didefinisikan sebagai ketidak mampuan angkatan kerja (labor
force)untuk memperoleh pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan mereka
inginkan. Dengan kata lain, pengangguran merujuk pada situasi atau keadaan
dimana seseorang menghadapi ketiadaan kesempatan kerja. Orang yang sudah
memiliki pekerjaan dan menjalankan pekerjaannya juga dapat digolongkan sebagai
pengangguran karena konsep pengangguran dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu:
a.
Waktu
b.
Intensitas
pekerjaan
c.
Produktivitas
d.
Orang yang sudah bekerja dapat digolongkan sebagai setengah
pengangguran apabila pekerjaan yang dilakukan oleh orang tersebut tidak sesuai
dengan ketrampilan dan keahlian yang dimilikinya. Secara lebih rinci, setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Setengah
pengangguran kentara (visible under-employment) kriteria setengah pengangguran
kentara yaitu:
1)
Bekerja
kurang dari jam kerja normal.
2)
Melakukan
pekerjaan secara terpaksa.
3)
Sudah
bekerja tapi masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia menerima
pekerjaan tambahan.
b.
Setengah
pengangguran tak kentara (invisible under-employment) dapat tercermin dari
adanya ketidaktepatan dalam penempatan sumber daya manusia, atau adanya ketidak
seimbangan antara tenaga kerja dengan faktor produksi. Hal ini ditandai dengan
rendahnya tingkat pendapatan, ketrampilan yang kurang dimanfaatkan, dan
rendahnya tingkat produktifitas.
Setengah pengangguran, baik yang kentara maupun yang tidak kentara
dapat dihitung dengan cara membagi jumlah penduduk yang setengah menganggur
pada tahun t dengan jumlah angkatan kerja pada tahun yang bersangkutan. [10]
Setengah penganggur = setengah penganggur tahun t
Angkatan kerja tahun t
2.
Penyebab pengangguran
a. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi
dengan kemampuan perekonomian menyediakan lapangan pekerjaan akan menyebabkan
terjadinya pengangguran.
b. Rendahnya laju investasi produktif
Rendahnya investasi di Negara berkembang merupakan salah satu
penyebab rendahnya kesempatan kerja yang tersedia bagi masyarakat. Meskipun
sumber daya alam yang dimiliki melimpah, tetapi kapasitas produksi dan sumber
daya yang ada belum digunakan secara penuh (underemployment).
c. Siklus bisnis yang melemah
Siklus bisnis secara actual di ukur dari GNP riil yang merupakan
nilai pasar dari barang dan jasa yang dihasilkan selama satu tahun. Pada saat
puncak kegiatan bisnis, kebutuhan akan tenaga kerja sangat besar sehingga pada
kondisi ini jumlah pengangguran relative rendah atau sebaliknya.
d. Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat.
Pengangguran dapat terjadi karena masyarakat tidak mampu
memanfaatkan kesempatan kerja yang tersedia. Ketidakmampuan dalam memanfaatkan
kesempatan kerja tersebut, salah satunya disebabkan oleh ketidaksesuaian
keahlian yang dibutuhkan dengan keahlian tenaga kerja yang dimiliki.
e. Strategi industry yang labor saving
Kemajuan teknologi yang terjadi di satu sisi mengakibatkan jumlah
output yang mampu dihasilkan dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Di sisi
lain, kemajuan teknologi kadang juga diikuti dengan penghematan penggunaan
tenaga kerja (labor saving) pada suatu proses produksi dan menggunakan modal
secara intensif yang pada akhirnya akan menimbulkan pengangguran. [11]
3.
Bentuk – bentuk pengangguran
Pengangguran
dibagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya:
a.
Pengangguran
terbuka (open unemployment)adalah
tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
Pengangguran terbuka dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1)
Pengangguran
sukarela
Pengangguran
sukarela merupakan kelompok angkatan kerja yang memilih tidak bekerja karena
tidak bersedia digaji pada jumlah tertentu maupun mengharapkan pekerjaan yang
lebih baik.
2)
Pengangguran
terpaksa
Pengangguran
terpaksa merupakan kelompok angkatan kerja yang bersedia bekerja tetapi belum
mendapatkan pekerjaan.
Besarnya
tingkat penganggur terbuka, dihitung dengan cara membagi jumlah pengangguran
terbuka dengan jumlah angkatan kerja pada tahun yang bersangkutan. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Penganggur
terbuka = penganggur terbuka
Angkatan
kerja
b.
Setengah
pengangguran (underemployment)
Tenaga
kerja yang termasuk setengah menganggur adalah kelompok tenaga kerja yang
lamanya bekerja (dalam satuan hari, jam, ataupun minggu) kurang dari yang
seharusnya mereka kerjakan.
c.
Bekerja
secara tidak penuh yaitu mereka
yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran.
Yang termasuk
disini adalah :
1) Pengangguran tak kentara (disguised
unemployment)
2) Pengangguran tersembunyi (hidden
unemployment)
Penyebab pengangguran tersembunyi adalah orang yang bekerja
tidak sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikannya sehingga orang tersebut tidak
dapat bekerja secara maksimal.
3) Pension awal
Pension awal memiliki tujuan tertentu, misalnya untuk memberi
kesempatan tenaga kerja baru yang memiliki pemikiran yang lebih aplikatif
maupun mengurangi tenaga kerja tua yang produktifitasnya mulai menurun.
d.
Tenaga kerja lemah (impaired)
Kelompok ini sebenarnya memiliki pekerjaan dan
bekerja secara penuh, tetapi intensitasnya rendah.
e.
Tenaga kerja tidak produktif
Kelompok angkatan kerja ini sebenarnya sudah
memiliki pekerjaan dan mampu bekerja secara produktif, tapi karena kurangnya
fasilitas yang dimiliki perusahaan mengakibatkan mereka menghasilkan pekerjaan
yang tidak memuaskan.[12]
4.
Jenis – jenis pengangguran
a.
Jenis
pengangguran berdasarkan penyebabnya.
1)
Pengangguran
normal atau friksional
Pengangguran
normal atau friksional adalah seseorang yang berhenti bekerja karena kurang
menyukai pekerjaannya atau tidak sepaham dengan atasannya.
2)
Pengangguran
siklikal
Pengangguran
siklikal adalah seseorang yang diberhentikan karena perusahaan mengurangi
pekerja akibat penurunan permintaan[13]
3)
Pengangguran
structural
Pengangguran
structural adalah seseorang yang berhenti bekerja karena perusahaannya ditutup,
meskipun memiliki kemampuan atau kecakapan.[14]
4)
Pengangguran
teknologi
Pengangguran
teknologi adalah seseorang yang berhenti bekerja karena adanya pergantian
tenaga kerja mesin dengan manusia.
b.
Jenis
pengangguran berdasarkan cirinya.
1)
Pengangguran
terbuka
Pengangguran
terbuka adalah pengangguran yang
tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari
pertambahan tenaga kerja.[15]
2)
Pengangguran
tersembunyi
Pengangguran
tersembunyi adalah pengangguran yang tercipta karena kelebihan tenaga kerja
dalam suatu bagian dalam perusahaan, akibatnya banyak tenaga kerja yang
menganggur meskipun memiliki pekerjaan. Contohnya, pelayan restaurant yang
lebih banyak dari yang diperlukan.
3)
Pengangguran
musiman
Pengangguran
musiman adalah pengangguran yang terjadi karena adanya pengaruh dari musim
terutama pada sector pertanian dan perikanan.
4)
Pengangguran
setengah menganggur
Pengangguran
setengah menganggur adalah pengangguran yang tercipta akibat jam kerja yang
jauh lebih rendah dari jam kerja normal.[16]
5.
Strategi mengatasi
pengangguran
Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah
pengangguran:
a.
Pemerintah
hendaknya menjalin kerjasama dengan swasta untuk mencari jalan keluar yang
lebih baik. Hal ini dikarenakan swasta mempunyai dana untuk menggerakkan
investasi. Investasi akan terjadi apabila investor memiliki kepastian
“keamanan” atas dana yang diinvestasikan tersebut, sehingga pemerintah harus
mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk berusaha.
b.
Pembenahan
sector pendidikan. Ketidak sesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia kerja
berakibat kurang terserapnya angkatan kerja yang terdidik di pasar kerja.
Angkatan kerja memerlukan tambahan ketrampilan untuk dapat lebih cepat terserap
di pasar kerja. Bentuk tambahan ketrampilan itu berupa keahlian yang dibutuhkan
di dunia kerja, seperti keahlian computer, bahasa asing, perbengkelan, dll.
c.
Pendorongan
motivasi masyarakat untuk berwiraswasta pada berbagai bidang yang memiliki
prospek perkembangan. Sudah saatnya mengubah stigma yang ada di masyarakat
bahwa setelah mendapat pendidikan formal, maka ukuran keberhasilannya adalah
mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan atau pegawai.
d.
Mengurangi
pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi karena tingginya pertumbuhan penduduk
akan mengakibatkan burden of dependency ratio yang tinggi pula. [17]
C.
Hubungan
inflasi dan pengangguran
Ada suatu hubungan terbalik antara
tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin
banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan
faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi
peningkatan biaya produksi unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan
profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga produk tersebut. Sebuah
proses serupa akan diamati di seluruh perekonomian ketika pemerintah bermaksud
untuk menciptakan pekerjaan. Harga produk atau jasa, di mana tenaga kerja
terinstal, akan meningkat sehingga kenaikan tingkat inflasi akan terlihat
melalui ekonomi luar.
Dapat disimpulkan dari penjelasan
tersebut di atas bahwa ketika pemerintah berniat untuk menurunkan tingkat
pengangguran yang harus menanggung kenaikan tingkat inflasi dalam perekonomian
nasionalyang berbeda antara inflasi dan pengangguran jumlah orang yang
menganggur adalah jumlah orang di negara yang tidak memiliki pekerjaan dan yang
tersedia untuk bekerja pada tingkat upah pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat
diubah menjadi persentase dengan mengaitkan jumlah pengangguran,dengan jumlah orang
dalam angkatan kerja.[18]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Inflasi
adalah proses kenaikan harga – harga umum barang – barang secara terus –
menerus. Ini tidak berarti bahwa harga – harga berbagai macam barang itu naik
dengan persentase yang sama. Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan
indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur
inflasi antara lain: Indeks biaya hidup (consumer price index), Indeks harga
perdagangan besar (wholesale price index), GNP deflator.
Jenis
inflasi menurut sifatnya: Merayap (creeping inflation), Inflasi menengah
( galloping inflation), Inflasi tinggi ( hyper inflation)
Jenis inflasi menurut sebabnya : Demand – pull
inflation , Cost – push inflation
Inflasi
berdasarkan sumber atau penyebab: Inflasi tarikan permintaan, Inflasi desakan
biaya , Inflasi di impor
Efek yang ditimbulkan dari Inflasi : Efek terhadap pendapatan(Equity Effect), Efek terhadap
Efisiensi (Efficiency Effects), Efek terhadap Output ( Output Effects),
Inflasi dan perkembangan ekonomi, Inflasi dan kemakmuran masyarakat
Cara Mencegah Inflasi: Kebijaksanaan Moneter, Kebijaksanaan
Fiskal , Kebijaksanaan yang
berkaitan dengan Output, Kebijaksanaan
penentuan harga dan indexing
Pengangguran
didefinisikan sebagai ketidak mampuan angkatan kerja (labor force)untuk
memperoleh pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan mereka inginkan. Penyebab pengangguran: Pertumbuhan
penduduk yang tinggi , Rendahnya
laju investasi produktif, Siklus
bisnis yang melemah, Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat., Strategi industry yang labor saving
Bentuk – bentuk pengangguran: Pengangguran terbuka (open unemployment), Setengah pengangguran
(underemployment), Bekerja
secara tidak penuh, Tenaga kerja lemah (impaired), Tenaga kerja tidak produktif
Jenis
pengangguran berdasarkan penyebabnya: Pengangguran normal atau friksiona,
Pengangguran siklikal, Pengangguran
structural, Pengangguran
teknologi
Jenis
pengangguran berdasarkan cirinya: Pengangguran terbuka, Pengangguran
tersembunyi, Pengangguran musiman, Pengangguran setengah menganggur
Strategi
mengatasi pengangguran: Pemerintah hendaknya menjalin kerjasama dengan swasta
untuk mencari jalan keluar yang lebih baik,Pembenahan sector pendidikan,
Pendorongan motivasi masyarakat untuk berwiraswasta pada berbagai bidang yang
memiliki prospek perkembangan, Mengurangi pertumbuhan penduduk yang terlalu
tinggi karena tingginya pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan burden of
dependency ratio yang tinggi pula
Hubungan
inflasi dan pengangguran: Ada
suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam
suatu perekonomian. Semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja
semakin dia harus membayar dengan faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih
banyak faktor produksi peningkatan biaya produksi unit akan diamati dan dalam
rangka mempertahankan profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga
produk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nopirin Ph.D, Pengantar Ilmu
Ekonomi Makro Dan Mikro, Edisi Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2000.
Boediono, Ekonomi Makro, Edisi Ke
Empat, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2001.
Sadono, Sukirno, Pengantar Teori
MAKROEKONOMI, Edisi Pertama Cetakan ke 14, PTRaja Grafindo Persada,
Jakarta,2002.
Suparmono, SE, MSI, Pengantar
EKONOMIKA MAKRO, Edisi Pertama, Unit
Penerbit dan Percetakan(UPP) AMP YKPN, Yogyakarta, 2002
[1] Nopirin Ph.D, Pengantar Ilmu
Ekonomi Makro Dan Mikro, Edisi Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2000,
hlm: 174-175
[3] Boediono, Ekonomi Makro, Edisi Ke
Empat, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2001, hlm 156
[4]Nopirin Ph.D, Pengantar Ilmu
Ekonomi Makro Dan Mikro, Edisi Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2000,
hlm: 177-180.
[5]Sadono, Sukirno, Pengantar
Teori MAKROEKONOMI, Edisi Pertama Cetakan ke 14, PTRaja Grafindo Persada,
Jakarta,2002, hlm: 303-306
[7]Nopirin Ph.D, Pengantar Ilmu
Ekonomi Makro Dan Mikro, Edisi Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2000,
hlm: 181-184
[9]Nopirin Ph.D, Pengantar Ilmu
Ekonomi Makro Dan Mikro, Edisi Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2000,
hlm: 184-18186
[10]Suparmono, SE, MSI, Pengantar
EKONOMIKA MAKRO, Edisi Pertama, Unit
Penerbit dan Percetakan(UPP) AMP YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm: 164.
[11]Ibid, hlm: 166-169.
[12]Ibid hlm: 165.
[13]http://www.slideshare.net/onalllensun/makalah-coverpenutup
[14]Sadono, Sukirno, Pengantar
Teori MAKROEKONOMI, Edisi Pertama Cetakan ke 14, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta,2002, hlm:295
[16]Sadono, Sukirno, Pengantar
Teori MAKROEKONOMI, Edisi Pertama Cetakan ke 14, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta,2002, hlm:299-300
[17]Suparmono, SE, MSI, Pengantar
EKONOMIKA MAKRO, Edisi Pertama, Unit
Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm: 175
Terimakasih
BalasHapusTerimakasih
BalasHapusTerimakasih
BalasHapusDownload FIle Makalah Konsep dan Definisi Inflasi
BalasHapus