Blogger Widgets

Kamis, 12 Maret 2015

penilaian kinerja



 PENILAIAN KINERJA
MAKALAH 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kebutuhan tenaga-tenaga terampil di dalam berbagai bidang sudah merupakan tuntutan dunia global yang tidak dapat ditunda. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, justru kita seharusnya lebih menyadari bahwa kita dituntut untuk memiliki kemampuan dalam membuat rencana pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Bila saatnya nanti kita berhasil mengatasi krisis moneter, sumber daya manusia kita hendaknya telah siap untuk memasuki era persaingan bebas sebagai era pertukaran barang dan jasa tanpa batas, sehingga sumber daya manusia yang ada telah siap bersaing dengan sumber daya manusia negara-negara tetangga sertasumber daya manusia dari negara-negara ekonomi maju.
Dalam upaya mengatasi permasalahan yang kompleks ini, manajemen dapat melakukan perbaikan ke dalam, yang salah satunya melalui pengembangan sumber daya manusia. Perbaikan kondisi internal ini sekaligus bertujuan untuk memperkuat diri dan meningkatkan daya tahan dalam menghadapi persaingan lokal dan global yang pasti akan semakin ketat. Ini artinya perusahaan harus memperbaiki kinerja perusahaannya melalui perbaikan kinerja karyawannya.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian penilaian kinerja?
2.      Sebutkan tujuan dan manfaat dari  penilaian kinerja?
3.      Sebutkan syarat-syarat penilaian kinerja?
4.      Apa saja dasar penilaian dan unsure-unsur yang dinilai?
5.      Bagaimana Metode dalam penilaian kerja?






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian penilaian kinerja
Bekerja merupakan kegiatan manusia untuk mengubah keadaan tertentu dari suatu alam lingkungan. Perubahan itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan hidup, dan memelihara hidup yang pada dasarnya untuk memenuhi tujuan hidup. Tujuan hidup melalui bekerja meliputi tujuan yang khusus dan pengelompokan kerja yang menimbulkan rasa berprestasi (sense of an accomplishment) dalam diri individu pekerja tersebut. Pada dasarnya kebutuhan hidup manusia tersebut tidak hanya berupa material, tetapi juga bersifat nonmaterial. Di dalam proses mencapai kebutuhan yang diinginkan, tiap individu cenderung akan dihadapkan pada hal – hal baru yang mungkin tidak diduga sebelumnya sehingga melalui bekerja dan pertumbuhan pengalaman, seseorang akan memperoleh kemajuan dalam hidupnya. Dalam proses bekerja itulah, seseorang dapat dinilai kinerjanya.[1]
Pada prinsipnya penilaian kinerja adalah merupakan cara pengukuran kontribusi – kontribusi dari individu dalam instansi yang dilakukan terhadap organisasi. Nilai penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan tingkat kontribusi individu atau kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas – tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Penilaian kinerja (performance appraisal ) pada dasarnya merupakan salah satu factor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program penilaian prestasi kerja, berarti organisasi telah memanfaatkan secara baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.[2] 
Penilaian kinerja individual sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Melalui penilaian tersebut, maka dapat diketahui bagaimana kondisi riil karyawan dilihat dari kinerja. Dengan demikian data – data ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan baik pada level makro organisasional , maupun level mikro individual.
Permasalahan yang biasanya muncul dalam proses penilaian adalah terletak pada bagaimana obyektivitas penilaian dapat dipertahankan. Dengan kemampuan mempertahankan obyektifitas penilaian, maka hasil penilaian menjadi terjaga akurasi dan validitasnya. Untuk menjaga system penilaian yang obyektif hendaknya para penilai/supervisor/kepala, harus menghindarkan diri dari adanya “like” dan “dis like”. Dengan demikian tujuan dan kontribusi dari hasil penilaian yang diharapkan dapat tercapai.[3] 

B.     Tujuan dan manfaat penilaian kinerja
Tujuan dari penilaian kinerja yaitu :
1.      Meningkatkan kemampuan karyawan.
Dengan diketahuinya peringkat keberhasilan setiap karyawan, maka akan terdorong keinginan untuk selalu meningkatkan prestasi. Karyawan yang merasa memiliki kemampuan yang kurang dibanding rekan kerja yang lain tentu akan berupaya keras mencapai prestasi yang terbaik. Syarat tercapainya tujuan ini adalah adanya alat – alat motivasi atau semacam punishment dan reward bagi setiap karyawan.
2.      Identifikasi factor penghambat kinerja.
Penilaian prestasi kerja diharapkan akan dapat diperoleh informasi mengenai mengapa seorang karyawan memiliki perbedaan dalam hal kemampuan walaupun memiliki fasilitas kerja dan gaji yang sama. Dan juga menemukan kendala terberat yang menghambat pencapaian prestasi yang diharapkan.
3.      Menetapkan kebijakan strategis.
Hasil akhir dari penilaian prestasi kerja adalah membantu manajemen untuk merumuskan kebijakan – kebijakan dalam rangka peningkatan kinerja karyawan secara khusus dan organisasi pada umumnya. Sebuah kebijakan akan memiliki nilai strategis apabila kebijakan tersebut dapat membawa kepada perubahan – perubahan, seperti semakin meningkatnya produktivitas karyawan dan minimnya factor penghambat dalam mencapai prestasi kerja.[4] 

Apabila penilaian kinerja dapat dilakukan secara baik maka akan diperoleh manfaat – manfaat yang dapat dirasakan.
Adapun secara terperinci manfaat penilaian kinerja yaitu:
a.       Penyesuaian – penyesuaian kompensasi.
b.      Perbaikan kinerja.
c.       Kebutuhan latihan dan pengembangan.
d.      Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.
e.       Untuk kepentingan penelitian kepegawaian.
f.       Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai.
Informasi penilaian kinerja tersebut oleh pimpinan dapat dipakai untuk mengelola kinerja pegawainya, dan mengungkapkan kelemahan kinerja pegawai sehingga manajer dapat menentukan tujuan maupun peringkat target yang harus diperbaiki. Tersedianya informasi kinerja pegawai, sangat membantu pimpinan dalam mengambil langkah perbaikan program – program kepegawaian yang telah dibuat, maupun program – program organisasi secara menyeluruh. [5]

C.     Syarat-syarat penilaian kerja
Syarat penilaian suatu pekerjaan sebagai berikut:
1.      Penilaian harus jujur, adil, objektif, dan mempunyai pengetahuan mendalam tentang unsur yang akan dinilai supaya penilaiannya sesuai dengan realitas/fakta yang ada.
2.      Penilaian hendaknya mendasarkan penilaiannya atas benar atau salah, baik atau buruk, terhadap unsur - unsur yang dinilai sehingga hasil penilainnya jujur, adil, dan objektif. Penilaian tidak boleh mendasarkan penilaiannya atas fisik saja supaya penilaian bukan didasarkan atas  suka atau tidak suka. 
3.      Penilaian harus mengetahui secara jelas uraian pekerjaan dari setiap karyawan yang akan dinilainya supaya hasil penilaiannya dapat dipertanggung jawabkan dengan baik.
4.      Penilaian harus mempunyai kewenangan formal, supaya mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
5.      Penilaian harus mempunyai keimanan supaya penilaiannya jujur dan adil.
Dalam persoalan siapa yang akan melakukan penilaian karyawan secara umum di kenal penilain formal dan penilaian informal.
a.       Penilaian informal adalah penilai melakukan penilaian mengenai kualitas kerja dan pelayanan yang diberikan oleh masing-masing karyawan baik atau buruk. Penilaian ini adalah masyarakat, konsumen, dan rekan.
b.      Penilaian formal adalah seseorang atau komite yang mempunyai wewenang formal menilai bawahannya di dalam maupun di luar pekerjaan dan berhak menetapkan kebijaksanaan selanjutnya terhadap setiap individu karyawan.[6]

D.    Dasar penilaian dan unsur-unsur yang dinilai.
a.       Dasar penilaian.
Dasar penilaian adalah uraian pekerjaan dari setiap individu karyawan karena dalam uraian pekerjaan inilah ditetapkan tugas dan tanggung jawab yang akan dilakukan oleh setiap karyawan. Secara umum standar berarti apa yang akan dicapai sebagai ukuran untuk penilain. Secara garis besar standar dibedakan atas dua:
1.      Tangible standard yaitu sasaran yang dapat ditetapkan alat ukurnya atau standarnya.
2.      Intangible standard yaitu sasaran yang tidak dapat ditetapkan alat ukur atau standarnya.
b.      Unsur yang dinilai.
1.      Kesetiaan, Penilaian mengukur kesetian karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan organisasi.
2.      Prestasi kerja, Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuntitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.
3.      Kejujuran, Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
4.      Kedisiplinan , Penilai menilai disiplin karyawan dalam memaruhi peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
5.      Kreativitas, Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kretivitasnya untuk menyelesaikan pekerjaanya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna.
6.      Kerja sama, Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lainnya secara vertical atau horizontal di dalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
7.      Kepemimpinan, Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain.
8.      Kepribadian, Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai memberi kesan menyenangkan.
9.      Prakarsa, Penilai menilai kemampuan berfikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alas an.
10.  Kecakapan, Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaan dan did lam situasi manajemen.
11.  Tanggung jawab, Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kejanya.[7]
E.     Metode yang digunakan dalam penilaian kerja
Metode penilaian yang yang umum diterapkan oleh perusahaan untuk system penilaian karya ini biasanya dilakukan dengan bantuan metode predeterminasi dan formal antara lain :
1.      Metode Skala Penilaian Grafik
Metode ini menggunakan skala yang mendaftarkan sejumlah ciri (seperti mutu dan kehandalan) dan kisaran kinerja (dari yang tidak memuaskan sampai yang luar biasa memuaskan) setiap jabatan. Karyawan kemudian dinilai dengan mengidentifikasi skor yang sesuai dan menggambarkan kinerja untuk masing-masing ciri. Nilai yang ditetapkan untuk ciri-ciri itu kemudian dijumlahkan.
2.      Metode Peringkatan Alternasi
Metode ini dengan cara membuat peringkat dari karyawan yang terbaik sampai terjelek berdasarkan ciri tertentu.
3.      Metode Perbandingan Berpasangan
Pada metode ini dibuat peringkat karyawan dengan membuat peta dari semua semua pasangan karyawan yang mungkin untuk setiap ciri (kuantitas kerja, kualitas kerja dll) dan menunjukkan mana karyawan yang lebih baik dari pasangannya
4.      Metode Distribusi Paksa
Metode ini dengan membuat peringkat karyawan sebuah kurva. Persentase yang sudah ditentukan dari peserta penilaian ditempatkan dalam berbagai kategori kinerja
5.      Metode Insiden Kritis
Metode ini adalah membuatkan catatan tentang contoh-contoh yang luar biasa baik atau tidak diinginkan dari perilaku yang berhubungan dengan kerja seorang karyawan dan meninjaunya bersama karyawan tersebut pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
6.      Metode Skala Penilaian Berjang-karkan Perilaku (BARS)
Suatu metode penilaian yang bertujuan mengkombinasikan manfaat dari insiden kritis dan penilaian berdasarkan kuantitas dengan men-jangkarkan skala berdasarkan kuan-titas pada contoh-contoh naratif spesifik dari kinerja yang baik dan kinerja yang jelek
7.      Metode Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBO)
Metode ini meliputi penetapan tujuan khusus yang dapat diukur bersama dengan masing-masing kar-yawan dan selanjutnya secara berkala meninjau kemajuan yang dicapai.[8]



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
penilaian kinerja adalah merupakan cara pengukuran kontribusi – kontribusi dari individu dalam instansi yang dilakukan terhadap organisasi. Nilai penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan tingkat kontribusi individu atau kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas – tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Tujuan dari penilaian kinerja yaitu
1.      Meningkatkan kemampuan karyawan.
2.      Identifikasi factor penghambat kinerja.
3.      Menetapkan kebijakan strategis.
Apabila penilaian kinerja dapat dilakukan secara baik maka akan diperoleh manfaat – manfaat yang dapat dirasakan.Adapun secara terperinci manfaat penilaian kinerja yaitu:
c.       Penyesuaian – penyesuaian kompensasi
d.      Perbaikan kinerja.
e.       Kebutuhan latihan dan pengembangan.
f.       Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.
g.      Untuk kepentingan penelitian kepegawaian.
h.      Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai.
Dasar penilaian kerja, yaitu:
1.      Tangible standard yaitu sasaran yang dapat ditetapkan alat ukurnya atau standarnya.
2.      Intangible standard yaitu sasaran yang tidak dapat ditetapkan alat ukur atau standarnya.
Unsur – Unsur yang dinilai yaitu: Kesetiaan, Prestasi kerja, Kejujuran, Kedisiplinan, Kreativitas, Kerja sama, Kepemimpinan, Kepribadian, Prakarsa, Kecakapan, dan Tanggung jawab
Metode yang digunakan yaitu:  Metode Skala Penilaian Grafik, Metode Peringkatan Alternasi, Metode Perbandingan Berpasangan, Metode Distribusi Paksa, Metode Insiden Kritis, Metode Skala Penilaian Berjang-karkan Perilaku (BARS), Metode Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBO)


DAFTAR PUSTAKA
Ambar T. Sulistiyani Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Pertama, GRAHA ILMU, Yogyakarta, 2003
Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, ed 1, Cetakan 13, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006
Sri Budi Cantika Yuli, Manajemen Sumber Daya Manusia Cetakan Pertama, Umm Press, Malang, 2005




[2] Ambar T. Sulistiyani Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Pertama, GRAHA ILMU, Yogyakarta, 2003, hlm: 223
[3] Ibid, hlm: 224-225.
[4] Sri Budi Cantika Yuli, Manajemen Sumber Daya Manusia Cetakan Pertama, Umm Press, Malang, 2005, hlm: 90-91
[5]Ambar T. Sulistiyani Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Pertama, GRAHA ILMU, Yogyakarta, 2003, hlm: 225
[8] Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, ed 1, Cetakan 13, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal, 235-241

Tidak ada komentar:

Posting Komentar